Daerah

KOPRI Az-Ziyadah Kupas Posisi Perempuan dalam Sekolah Islam Gender

Kamis, 30 Maret 2017 | 01:18 WIB

Jakarta, NU Online 
Korps PMII Putri (KOPRI) STAI Az-Ziyadah cabang Jakarta Timur mengupas posisi dan peran perempuan dalam manusia kelas dua pada kegiatan Sekolah Islam Gender (SIG) (26/03) di sekretariat Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jalan Cililitan Kecil III No. 12 Jakarta Timur.

Kiprah perempuan di ranah produktif mulai menunjukkan eksistensinya. Bisa kita lihat bagaimana perempuan dilibatkan secara aktif bekerja di semua lini. Mulai dari bidang ekonomi, sosial, politik hingga agama. Tetapi hampir dari mereka semua tidak duduk pada posisi pengambil keputusan. Maka melihat kenyataan ini apakah telah terwujud kesetaraan gender di antara laki-laki dan perempuan?.

"Kesetaraan gender tidak bisa diwujudkan hanya dengan membuka kesempatan bagi perempuan. Masalah yang menghambatnya pelik dan mendasar, ini menyangkut cara pandang dan pola pikir," ujar Vinna Nurfajriyah ketua KOPRI STAI Az-Ziyadah dalam sambutannya.

Dalam masyarakat patriarki, gender secara tradisional digambarkan sebagai sesuatu yang berganda dan polar. Tingkah laku dan kepatutan ditandai sebagai khas laki-laki dan yang khas perempuan, ada pemisahan dan pembeda.

"Gender mengacu pada konstruksi sosial atas peran, perilaku, aktivitas serta atribut yang ditentukan oleh masyarakat yang dianggap tepat untuk jenis kelamin tertentu". Tegas Vinna.

Kesetaraan gender bukan akibat dari jenis kelamin, fisiologi, hormon, kecenderungan genetik. Kesetaraan gender adalah produk dari konstruksi sosial di masyarakat, hal tersebut tidak bisa diselesaikan hanya sebatas memberi kesempatan, tetapi cara pandang harus berubah.

"Konstruksi sosial masyarakat diperkuat oleh imaji yang muncul di media, berita dan materi pendidikan. Laki-laki harus melakukan hal-hal yang maskulin, serta perempuan harus melakukan hal-hal yang feminim, persis di iklan-iklan. Dengan demikian secara serentak kita dikonstruksi dan dipertahankan atas perintah gender," papar Vinna diakhir sambutannya.

Kegiatan Sekolah Islam Gender (SIG) tersebut mendapatkan antusias dari para peserta SIG, para peserta dihadiri oleh berbagai macam wilayah, yakni Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan serta Bekasi. Berkumpul dalam satu forum menyatukan persepsi.

"Alhamdulillah penyelenggaraan SIG perdana ini banyak diminati oleh berbagai wilayah. 40 peserta yang ikut serta dalam kegiatan tersebut semoga dapat menyatukan tujuan," ucap Amiroh Arrazak ketua pelaksana diawal sambutannya. Red: Mukafi NIam 


Terkait