Kronologi Santri di Bantaeng Meninggal dengan Leher Tergantung, Polisi Temukan Tanda-Tanda Kekerasan
Selasa, 26 November 2024 | 08:00 WIB
Jakarta, NU Online
Salah seorang santri kelas 9 di Pondok Pesantren Madrasatul Quran Hasyim Asyari Bantaeng, Sulawesi Selatan, RF, meninggal di pesantrennya pada Sabtu (23/11/2024). Santri berusia sekitar 14-15 tahun tersebut ditemukan dalam kondisi leher tergantung sarung. Namun, kasus meninggalnya RF itu masih terus didalami pihak kepolisian untuk mengungkap bahwa RF bunuh diri atau dibunuh. Hasil autopsi polisi menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh RF.
Pihak Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng melalui keterangan tertulis yang diterima NU Online menceritakan kronologi lengkapnya.
Kepala Seksi (Kasi) Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng, Abd. Halim Yakub pada Ahad (24/11/2024) pukul 21.00 Wita menemui pimpinan Pondok Pesantren Hasyim Asy'ari Ustadz Muhammad Nasir dan menanyakan peristiwa yang menyebabkan salah seorang santri di pesantren tersebut meninggal.
Ustadz Muhammad Nasir membenarkan informasi bahwa seorang santri berinisial RF pada Sabtu, 23 November 2024 diperkirakan sekitar pukul 21.00 Wita ditemukan dalam kondisi tidak sadar di bawah kolong rumah pembina.
Pembina Pesantren Madrasatul Quran Hasyim Asyari, Hasyim dan Sofyan menjelaskan kejadian sebelum korban ditemukan meninggal. Dikatakan, pada pukul 18.00 hingga 20.00 Wita setelah shalat maghrib dan isya berjamaah, RF bersama santri lainnya mengikuti materi kepesantrenan dari pembina pondoknya yakni ustadz Abu Bakar dan ustadz Hasyim.
"Setelah menerima materi kepesantrenan seluruh santri termasuk RF secara bergiliran mengambil makan malam di kantin ponpes. Salah seorang santri menuturkan kepada pembina, ustadz Hasyim, dalam perjalanan setelah mengambil makanan menuju tempat makan malam, piring RF jatuh dan nasinya tertumpah ke tanah," tulisnya.
Teman-teman santri menyarankan untuk kembali ke kantin meminta makanan pengganti, tapi RF tidak mau dengan alasan malu. Ketika teman-temannya kembali dari mengambil makanan, RF sudah tergantung dengan sarungnya di kolong rumah pembina santri. Melihat kejadian tersebut, sebagian santri menghubungi kakak RF yang juga mondok di Ponpes Hasyim Asy'ari. Lalu sang kakak (AD) datang dan menolong adiknya.
Setelah mendengar laporan dari santri, pembina pesantren yakni Abu Bakar bersama Farid segera bergegas menuju tempat RF ditemukan dan langsung membawanya ke klinik 'DOI' yang lokasinya tidak jauh dari Ponpes sambil menghubungi orang tua RF. Sekitar pukul 22.00, RF dirujuk di RSUD Anwar Makkatutu untuk mendapatkan visum lebih lanjut.
Menindaklanjuti peristiwa yang dialami RF, Kepala Kantor Kementerian Agama Bantaeng pada Sabtu (23/11/2024) pukul 22.00 menuju lokasi kejadian dan pada pukul 01.00 Wita melakukan koordinasi dengan Kapolres Bantaeng beserta jajarannya untuk menyerahkan kasus kepada pihak Kepolisian Resort Bantaeng untuk penanganan lebih lanjut.
Pada Ahad (24/11/2024), pihak Kakanwil Kemenag Kabupaten Bantaeng mengunjungi rumah duka dan menemui keluarga RF yang saat itu jenazah RF dibawa ke RS Kepolisian Bhayangkara Makassar.
RF diduga mengalami kekerasan berdasarkan hasil pemeriksaan autopsi terhadap jenazah yang dilakukan tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel.
"Yang pasti ada beberapa temuan dan kami duga tanda-tanda kekerasan. Itu (dugaan pelecehan seksual) kami tetap melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur kami," kata Dokter Forensik Biddokes Polda Sulsel, Denny Mathius, Senin (25/11/2024) diberitakan CNN Indonesia, Senin (25/11/2024).