Diskusi bertema "Revolusi Sepakbola Nasional dari Pesantren Pembinaan Usia Muda Tanggung Jawab Siapa?" mengawali technical meeting (TM) peserta Liga Santri Nusantara Jawa Tengah 2. Bertempat di gedung berlian lantai 4 hadir Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang KH Yusuf Chudlori, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Tengah Budi Santoso dan pelatih usia muda, mantan pelatih PPLP Jateng, Edi Prayitno.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah H. Abu Hafsin memberikan pidato kunci dalam diskusi kali ini (25/8). Hal penting dari tatanan sepakbola adalah kombinasi baik pemain, pelatih serta pemerintah. Bila sinergi ini mampu berjalan sepakbola di Indonesia akan maju.
"Santri tentu berbeda dari sisi mentalitas," tandas H. Abu.
Hal inilah yang membedakan antara santri dan bukan santri. Gus Yusuf (sapaan akrab KH. Yusuf Chudlori) menambahkan bahwa santri memiliki akar atau pondasi yang kuat. Akhlaq al-karimah, sopan santun dan nilai-nilai luhur inilah yang dimiliki santri. Bila pondasi kuat mau kita buat menjadi atlet bisa, kiai bisa, ulama bisa, politisi bisa dan sebagainya.
Gus Yusuf yang pernah menjadi owner PPSM Magelang menambahkan bahwa selain pemain, pelatih dan pemerintah butuh pula supporter dan manajemen yang berkualitas. Bisa dikatakan ada masyarakat bola bila ingin menjadikan sepakbola menjadi primadona. Kalau di pesantren bisa dimulai dari pengasuhnya yang cinta akan sepak bola.
"LSN bukan satu-satunya tujuan untuk menghidupkan geliat sepak bola pesantren," terang Gus Yusuf.
LSN merupakan wasilah untuk menyemarakkan persepakbolaan di tanah air ini. Hasil dari TM yang digelar panitia pelaksana, terdapat 18 tim yang siap berlaga di Lapangan Arhanudse 15 Kodam IV/Diponegoro, 1-4 September 2016. (Red: Abdullah Alawi)