Demak, NU Online
Pimpinan Cabang (PC) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Demak, Jawa Tengah mengajak kepada seluruh warganya agar dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 23 September mendatang tidak bersikap golput (golongan putih) atau tidak menggunakan hak pilihnya.
Ketua PC Muslimat NU Demak Nyai Utaminingsih mengatakan, dalam pilkada tahun 2020 ini warga Muslimat Demak harus menggunakan hak politik dan demokrasinya dengan baik dan bertanggung jawab, jangan sampai tidak memilih pasangan calon bupati-wakil bupati Demak yang ditetapkan KPU Demak.
"Hak pilih harus digunakan sebaik-baiknya, jangan sampai golput. Muslimat harus bisa menjadi teladan dalam berdemorasi," kata Nyai Utami saat menyampaikan pengarahan dalam rapat koordinasi pengurus PC dan PAC Muslimat NU se-Kabupaten Demak di Desa Loireng Sayung Demak Jateng, Ahad (8/3).
Dikatakan, sebagaimana yang sudah pernah dialami sebelumnya pesta demokrasi termasuk pilkada hampir dakat dipastikan akan menimbulkan riak-riak dan kegaduhan di akar rumput. Perbedaan pilihan berpotensi memunculkan pertentangan tajam.
"Jangan dibiarkan berlarut-larut karena dapat berpotensi menumbuhkan benih-benih perpecahan, ini tidak boleh terjadi. Karena itu Muslimat dalam pesta demokrasi nanti harus mampu menjadi perekat dan pemersatu atas segala perbedaan yang ada, termasuk beda pilihan masyarakat di pilkada," tegasnya.
Terkait dengan posisi politik Muslimat, badan otonom NU yang mewadahi potensi nahdliyah berusia dewasa ini tidak terikat dan mengikatkan diri dengan kontestan atau pasangan bupati-wakil bupati Demak yang akan bertarung dalam pilkada September mendatang.
Dia menambahkan, PC Muslimat NU Demak secara organisatoris netral dan tidak memihak, namun tidak melarang warganya untuk berpolitik dengan menjadi tim sukses, namun jika melibatkan diri ada aturan yang harus dipenuhi agar Muslimat tidak terbawa-bawa.
Kepada NU Online Selasa (10/3), Ketua Muslimat NU Demak menanggapi sikap politik sejumlah tokoh di Kabupaten Demak yang melarang pemilih untuk memilih pasangan calon kepala daerah dari kalangan wanita tidak harus diikuti kendati alasan agama yang dijadikan pijakan.
"Dalam konteks pilkada kami memiliki acuan sendiri, tidak mempersoalkan masalah gender," ujarnya.
Posisi itu mestinya harus diincar untuk direbut, sejumlah kader muslimat atau wanita NU yang sudah berproses lama dalam berorganisasi tentu memiliki banyak pengalaman dalam mengikuti proses kontestasi pilkada.
Sejumlah tokoh wanita NU seperti Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah pimpinan Muslimat di berbagai daerah di Jatim berhasil meraih kemenangan dalam pilkada, karena itu Muslimat Demak menyampaikan permohonan maaf, kalau alur pikir Muslimat kali ini mengambil sikap berbeda dan tidak sejalan dengan mereka.
"Ini jangan diartikan muslimat Demak mengambil sikap mendukung calon dari unsur wanita, sama sekali tidak terkait dengan itu," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz