Daerah

NU Cabang Sumenep Tolak Pengambilan Sidik Jari Bagi Santri

Senin, 12 Desember 2005 | 06:36 WIB

Sumenep, NU Online
Ketua NU Cabang Sumenep KH. Abdullah Kholil menyatakan, secara kelembagaan NU Sumenep menolak dengan keras rencana pengambilan sidik jari bagi santri pondok pesantren sebagaimana yang dilontarkan wakil presiden Yusuf Kalla, beberapa waktu lalu.

"Saya pikir, tindakan seperti itu adalah tindakan yang berlebihan. Coba saja kita lihat pesantren selama ini justru menjadi motor terdepan untuk bela negara melalui para kiai-kiainya," ungkap Kholil, di Sumenep, Senin.

<>

Pelajaran yang diajarkan oleh para kiai kepada santrinya adalah ajaran yang berbasis ajaran islam moderat dan jauh dari kekerasan. Kita tahu bahwa 99 persen pondok pesantren yang ada di Indonesia, basis ajarannya adalah azwajah dan ahli sunnah waljama’ah.

"Yang kita kenal ajaran ahli sunnah waljama’ah itu, sangat memberikan toleransi dan memberikan roh ajaran keseimbangan serta keadilan. Para kiai sama sekali tidak ada yang mengajarkan segala sesuatu bersifat ekstrim," ungkap Kholil.

Jadi bagaimana mungkin, pondok pesantren yang ada di Indonesia, semuanya diklaim sepertinya sudah di masuki oleh kegiatan yang bersifat ekstrim semacam teroris.

Ini sangat ironis sekali serta melecehkan keberadaan pondok pesantren dan kepada para kiai-kiai pengasuh pesantren itu sendiri, ucapnya dengan nada meninggi. "Saya selaku pribadi dan atas nama Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) cabang kabupaten Sumenep, sangat keberatan dengan pengambilan sidik jari santri," tutur Kholil.

Menurut dia, kalau ingin menangkap tikus kejar tikus itu kemana ia lari, andaikan tikus itu masuk kepada satu ruang, cari tikus itu di mana ia masuk. Jangan kemudian semua penghuni ruangan dianggap sarang dari orang-orang yang sepaham dengan tikus itu tadi. "Saya pikir tidak terlalu sulit untuk mencari tikus itu, toh jumlahnya lebih kecil bila dibanding dengan jutaan santri di pesantren yang kita miliki di Indoesia," kata Kholil.

Pemerintah seharusnya berfikir berapa besar kontribusi pesantren kepada negera yang sudah teruji sekian ratus tahun sejak Indonesia belum merdeka. "Apa ya logis, pesantren yang selama ini menjadi bagian terdepan dalam bela negara sejak sebelum kemerdekaan. Kemudian, pesantren itu sendiri yang akan menghancurkan negara dengan kegiatan-kegiatan teror," tanya Kholil sambil menggelengkan kepalanya.

Jadi, ini sesuatu yang sangat tidak adil dan sangat melecehkan kiai-kiai pesantren itu sendiri. "Untuk itu, rencana pemerintah untuk mengambil sidik jari harus dibatalkan sebelum pesantren bergejolak," ujarnya.

Ponpes Annuqayah
Penolakan pengambilan sidik jari bagi santri juga disampaikan pengasuh pondok pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Raya Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, KH. A Warist Ilyas.

Menurut dia, kalau ternyata benar akan ada pengambilan sidik jari bagi santri, dipastikan ada benturan besar antara pemerintah dengan masyarakat. "Ada apa kok seolah-olah pemerintah dalam hal ini terus mencurigai terhadap pondok pesantren," ungkap Warist yang juga wakil ketua DPRD Sumenep.

Menurut dia, tidak perlu melakukan pengambilan sidik jari bagi santri, tapi kalau semua lembaga pendidikan (termasuk umum) akan diambil sidik jarinya ya silahkan, jangan hanya santri pondok pesantren, kesannya tidak bagus.

Jadi, menurut kiai karismatik yang memiliki santri lima ribu lebih ini, tidak setuju bila ada pengambilan sidik jari bagi kalangan santri, karena terkesan seolah-olah pesantren sarang teroris.

"Pesantren itu tidak mengajarkan yang keras-keras, melainkan berusaha untuk mencetak santri yang terbaik dan mengabdikan dirinya bagi agama, bangsa dan negara," ucapnya, menegaskan.(ant/mkf)


Terkait