OSN Jelang Peringatan 100 Tahun Al-Falah Ploso Digelar untuk Ingatkan Fondasi Pesantren dengan Tradisi Ngaji
Jumat, 22 November 2024 | 11:00 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kecamatan Mojo, Kediri, Jawa Timur KH Mamun Mahfud saat menyampaikan mauidhah hasanah seusai pengumuman dan pembagian hadiah para juara Olimpiade Santri Nusantara (OSN) Zona Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Pesantren Karangsantri, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (20/11/2024) malam. (Foto: NU Online/Kendi)
Temanggung, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur, KH Ma’mun Mahfud, menegaskan pentingnya menjadikan tradisi mengaji sebagai pijakan dasar atau fondasi pesantren.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam mauidhah hasanah seusai pengumuman dan pembagian hadiah para juara Olimpiade Santri Nusantara (OSN) Zona Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Pesantren Karangsantri, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (20/11/2024) malam.
Kiai Ma’mun menyebutkan bahwa OSN yang menjadi rangkaian menyambut momentum 100 tahun Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, harus menjadi ajang untuk menanamkan kembali semangat ngaji di kalangan santri.
Menurutnya, pesantren Ploso sejak awal berdiri telah menjadikan ngaji sebagai inti pembelajaran, sesuai warisan pendirinya, KH Ahmad Djazuli Utsman.
"Peringatan satu abad Ploso bukan untuk euforia atau pamer keunggulan, tetapi untuk mengingatkan bagaimana Mbah Kiai Jazuli membangun fondasi pesantren ini dengan tradisi ngaji," tegasnya.
KH Ahmad Djazuli Utsman dikenal sebagai ulama yang sangat produktif dalam belajar dan memberikan pengajaran atau pengajian kitab. Ia pernah mengaji hingga 14 kitab dalam sehari, sebuah teladan yang hingga kini tetap dijaga oleh para cucu dan penerusnya. Meski jumlah kitab yang dikaji para santri saat ini berkisar 20-25 kitab per hari, tradisi tersebut terus dipertahankan.
"Alhamdulillah, meskipun cucu-cucunya kini memiliki pesantren sendiri, tradisi ngaji tetap menjadi prioritas," ungkapnya.
Kiai Ma’mun juga mengingatkan bahaya jika tradisi ngaji mulai diabaikan. Menurutnya, tanpa ngaji, agama berisiko dipahami hanya berdasarkan pendapat dan interpretasi masing-masing orang dan ini menimbulkan perpecahan.
Ia juga menyoroti berbagai tantangan yang kini dihadapi pesantren. Kiai Ma'mun mengingatkan agar pesantren tak kehilangan jati dirinya yakni tradisi mengaji kitab kuning.
“Ngaji itu penting karena menjadi landasan dalam memahami agama dengan benar,” katanya.
Selain itu, ia menekankan para santri bahwa keberhasilan dunia dan akhirat dapat diraih dengan istiqamah dalam mengaji. Santri juga diminta untuk tetap fokus dan tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif.
Kiai Ma’mun menambahkan bahwa kesuksesan seorang santri tergantung pada kesungguhannya selama mondok. Santri harus kuat menghadapi tantangan, tidak mudah baper, dan tetap menjaga adab dalam segala situasi.
"Santri harus memiliki prinsip yang kokoh namun tetap santun, tidak gampang dibohongi, dan percaya pada proses mondok sesuai passion," tuturnya.
Ia pun mengapresiasi penyelenggaraan OSN karena banyak perlombaan yang tujuannya untuk mengenalkan dan mempertahankan tradisi ngaji kitab. Ia berharap, OSN dapat terus memotivasi santri untuk menjaga tradisi ngaji sebagai landasan membangun karakter dan mencapai keberhasilan di masa depan.
Sebagai informasi, OSN digelar dengan total 14 cabang dan kategori lomba yang tiap-tiap cabang dan kategorinya memilih 3 juara terbaik.
Para pemenang di tingkat zona selanjutnya akan bertanding pada level nasional di Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur pada 10-12 Desember 2024. Sementara puncak 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso akan berlangsung pada 31 Desember 2024 hingga 1 Januari 2025.