Banjar, NU Online
Siapa yang tak kenal cepot, dalam setiap pagelaran wayang, sosok cepot sangat dinanti-nanti oleh penonton karena memiliki ciri khas kekocakannya. Ucapan yang keluar dari sosok Cepot, selalu berupa nasihat, kritik, serta saran yang disampaikan melalui guyonannya. Seperti halnya dalam pagelaran seni budaya yang digelar oleh PC IPNU dan PC IPPNU Kota Banjar, Ahad, (28/1).
Cepot menjadi peran utama ketika seni wayang mulai dipertontonkan. Alur cerita yang diberikan pada pagelaran ini, menampilkan cepot yang memiliki semangat keislaman dan kebangsaan.
Namun ada hal yang menarik saat Cepot sempat berdialog dengan Irfan Saeful Rohman, Ketua Panwas Kota Banjar, sekaligus bintang tamu yang sengaja diundang oleh panitia.
Saat ditanya seputar pilkada oleh si Cepot, Irfan menjawab tiga pelanggaran yang rentan terjadi saat pilkada di antaranya pelanggaran administratif, pelanggaran pidana dan pelanggaran kode etik.
"Pelanggaran-pelanggaran itulah yang harus kami proses jika terjadi saat di lapangan," jawabnya.
Selain itu, Irfan mengatakan soal money politic. Menurutnya, dalam aturan yang sekarang, pelanggaran money politic menimpa si pemberi dan penerima.
"Money politic ini kan memberikan sesuatu kepada orang lain dalam upaya mempengaruhi agar memilih calon. Jangan sampai ada kata-kata lagi, ambil uangnya, jangan coblos orangnya. Karena sekarang, si pemberi dan penerima, terkena pelanggaran," ungkapnya, saat ditanya Cepot sambil berguyon.
Di akhir dialog dengan Cepot, Irfan mengajak kepada pelajar NU sekaligus sebagai peserta pada pagelaran seni budaya, agar membantu mengawasi berjalannya pesta demokrasi. Karena, tuturnya, mengawasi berjalannya pilkada, selain tugas Panwas, juga tugas kita semua.
"Pengawas itu kan ada pengawas formal dan nonformal. Pengawas formal ya Panwaslu. Kalau pengawas nonformal, itu masyarakat Kota Banjar. Dan pelajar NU ini bagian dari pada pengawas nonformal," katanya. (Azi/Abdullah Alawi)