Daerah

Pengungsi Banjir Bandang di Padang Mulai Terjangkit Penyakit ISPA

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:00 WIB

Pengungsi Banjir Bandang di Padang Mulai Terjangkit Penyakit ISPA

Dinas Kesehatan Kota Padang sedang memeriksa beberapa warga yang sakit di lokasi pengungsian. (Foto: dok LPBINU Kota Padang)

Padang, NU Online

Lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) mulai terlihat di wilayah terdampak banjir bandang dan longsor di Kota Padang, Sumatra Barat. Kondisi udara yang lembap serta tercemar endapan lumpur pascabencana diduga menjadi pemicu meningkatnya penyakit tersebut, terutama pada anak-anak.


Sebanyak 350 warga tercatat masih mengungsi. Berdasarkan data Kelurahan Lapai, Kecamatan Nanggalo, terdapat 60 warga yang mengalami gangguan kesehatan, termasuk 4 orang yang terjangkit ISPA.


Salah satu pengungsi, Rahayu Nengsyih (26), warga Kelurahan Kampung Lapai, kini mengidap ISPA setelah beberapa hari berada di posko pengungsian. Ia menuturkan bahwa debu dan lumpur sisa banjir sangat mengganggu pernapasannya.


"Tepatnya Kamis subuh, air mulai masuk ke dalam rumah. Saat itu saya masih di tempat kerja dan sedang perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, air sudah setinggi mata kaki," ujarnya kepada NU Online, Rabu (3/12/2025).


Rahayu sempat menyelamatkan barang-barang penting dengan menaikkannya ke tempat lebih tinggi. Namun air terus naik hingga setinggi pinggang orang dewasa. Setelah sempat surut, banjir susulan kembali datang pada malam hari dengan arus deras.


"Kami tidak sempat lagi menyelamatkan barang-barang. Saya hanya membawa surat-surat berharga dan satu stel pakaian ganti," katanya.


Karena rumah tidak lagi memungkinkan untuk ditempati, Rahayu mengungsi ke Masjid Muttaqin. Hingga tiga hari berada di posko, ia mengalami batuk, demam, dan sesak napas akibat paparan lumpur dan debu.


"Di sini bau lumpurnya sangat menyengat. Untungnya ada Puskesmas keliling, obat-obatnya membantu meringankan sesak napas. Bukan hanya saya, bayi, anak-anak, sampai lansia juga banyak yang kena ISPA," paparnya.


Rahayu berharap rumahnya dan lingkungan sekitar segera bisa dibersihkan. Endapan lumpur yang tebal di dalam dan luar rumah membuat proses pemulihan berjalan lambat.


"Kami sangat membutuhkan bantuan obat-obatan, terutama obat pernapasan, karena banyak warga mengalami sesak napas akibat lingkungan yang lembap dan penuh lumpur," imbuhnya.


Sementara itu, Sekretaris LPBINU Kota Padang, Pearly Nurhasnah, membenarkan bahwa sejumlah warga mulai mengalami penyakit ISPA, gatal-gatal, demam, dan pilek selama tinggal di posko.


"Penyebab utamanya dari abu dan debu yang beterbangan di sekitar posko," jelas Pearly, yang juga Pendiri Yayasan Afiliasi Kebencanaan Darurat Kota Padang.


Pearly memberikan perawatan medis sederhana kepada para pengungsi berupa multivitamin, obat demam, serta salep untuk gatal-gatal.


"Kebanyakan anak-anak sudah tiga hari demam. Kami hanya bisa memberi obat pendukung seperti multivitamin dan paracetamol. Untuk ISPA, karena saya bukan tenaga medis, saya tidak bisa melakukan tindakan lebih lanjut," pungkasnya.

 

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang per Kamis (4/12/2025), pengungsi yang terjangkit ISPA sebanyak 167 orang. Sedangkan BPBD mencatat bahwa pengungsi di Kota Padang mencapai 4.456 jiwa.


Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.