Medan, NU Online
Kendati masa pelaksanaan penyembelihan hewan kurban dibatasi hanya 10-13 Dzulhijjah, namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Artinya, kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus berkurban harus dilanggengkan pasca-Idul Adha.
<>
Hal itu dikemukakan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara, H Ashari Tambunan, di sela-sela penyembelihan hewan kurban yang digelar PWNU Sumut di lapangan Perguruan NU, Jalan Gaperta Medan, Sabtu (27/10).
Dia mengatakan, penyembelihan hewan kurban mengandung dua dimensi, yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental.
Selain kesalehan ritual, kurban juga mempunyai dimensi solidaritas kemanusiaan yang sangat luas, di antaranya berupa pembagian daging kurban bagi warga kurang mampu.
“Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum duafa lainnya. Dengan disyariatkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama,” katanya.
Kata Adha sendiri, tambahnya, diambil dari kata “dhuha” yang bermakna pencerahan. Sebab, ketika matahari akan naik, kesejukan akan ditemukan di situ. “Maka, momentum Adha harus dijadikan sebagai pencerahan untuk membangun masyarakat Sumut menuju kemakmuran dan kedamaian,” tambah Ashari.
Hadir dalam acara itu Wakil Rais Syuriyah PWNU Sumut H Abdul Hamid Ritonga, Katib Syuriah H Musaddad Lubis, Sekretaris Tanfidziyah PWNU Sumut H Misran Sihaloho, Wakil Ketua H Marahalim Harahap, H Enda Mora Lubis, Wakil Sekretaris H Khairuddin Hutasuhut, Emir El-Zuhdi Batubara, Wakil Bendahara Tatang Arbella, Ketua Lembaga Dakwah H Sori Monang Rangkuti. Juga hadir mantan Sekretaris PWNU Sumut H Marwan Dasopang, pimpinan badan otonom (Banom) NU seperti Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, Gerakan Pemuda Ansor, dan pimpinan lembaga lainnya.
Ketua Panitia H Musaddad Lubis didampingi unsur panitia H Khairuddin Hutasuhut mengatakan, pada tahun 1433 H ini PWNU Sumut menyembelih lima ekor lembu. Sedangkan pengurus cabang dan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se-Sumut melakukan penyembelihan di daerah masing-masing.
Dia mengatakan, pemilihan Perguruan NU Jalan Gaperta sebagai lokasi penyembelihan juga dimaksudkan sebagai sosialisasi bahwa di areal itu akan didirikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNUSU). “Pendirian UNUSU sekarang masih dalam proses persiapan oleh tim yang telah dibentuk PWNU Sumut,” tutur Katib Syuriah PWNU Sumut ini.
Pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di Perguruan NU berlangsung dalam suasana kekeluargaan dan keakraban. Sebab, acara diisi makan siang bersama. Bahkan dari pagi hingga sore, keluarga besar NU dihibur oleh Orkes Gambus NU “Sembilan Bintang” binaan Ketua PWNU Sumut H Ashari Tambunan.
Kontributor: Hamdani Nasution