Daerah

Ini yang Menyebabkan Penyakit Timbilen dan Cara Pengobatannya

Rabu, 29 Juni 2016 | 19:59 WIB

Sidoarjo NU Online
Dokter spesialis mata Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, dr Yulianti Kuswandari menyebutkan, ada dua jenis penyakit hordeolum atau penyakit timbilen yang terjadi akibat infeksi pada kelopak mata dan berupa benjolan merah (mirip) jerawat yang biasanya menimbulkan rasa sakit.

"Infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau di bawah kelopak mata ini terjadi di dalam garis bulu mata, dan terjadi di luar garis bulu mata. Penyakit ini disebabkan karena adanya penyumbatan pada kelenjar minyak yang terletak di sepanjang tepi kelopak mata," kata dr Yuli, Selasa (28/6).

Dokter yang bertugas di Rumah Sakit NU ini mengemukakan, penyakit timbilen biasanya berawal dengan kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata, mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di dalam matanya.

Kelenjar timbilen menghasilkan minyak dan penyumbutan akan memblokir kelancaran drainase kelenjar. Jika terdapat bakteri yang terjebak di dalam kelenjar, maka akan terjadi infeksi, lalu bernanah yang menyebabkan kemerahan dan peradangan.

Kondisi yang dapat meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit timbilen antara lain, sebelumnya pernah terkena timbilen (timbilen sering kambuh di lokasi yang sama), kurang kebersihan kelopak mata dan menderita penyakit mata lainnya.

"Biasanya hanya sebagian kecil di daerah kelopak mata yang berwarna kekuningan. Adapun cara mengobatinya dengan mengkompres hangat selama 10 menit sebanyak 4 kali/hari. Jangan mencoba memecahkan timbilen dan biarkan pecah sendiri. Langkah terbaik untuk mencegah timbilen adalah dengan menjaga area mata dan kelopak mata tetap bersih. Terutama bagi yang sering terkena hordeolum, biasakanlah mencuci tangan sebelum menyentuh mata, dan hindari menggosok-gosok mata," jelasnya.

Bila dengan pengobatan tidak ada perbaikan, sambung Yuli, maka dilakukan insisi (sayatan). Dengan insisi, nanah atau isi dari hordeolum dapat dikuras, sehingga mempercepat proses penyembuhan.

"Krim antibiotik kadang digunakan untuk hordeolum yang berulang atau menetap (yang disebabkan oleh bakteri). Contoh antibiotik topikal dan oral untuk mengatasi hordeolum diantaranya, antibiotik topikal (Gentamycin, Neomycin, Chloramphenicol, dan Polimyxin B), antibiotik oral (Amoksisilin, Ampisilin, Eritromisin dan Doksisiklin," tutupnya. (Moh Kholidun/Mukafi Niam)


Terkait