Chuto, Pria Sabang yang Sukses Dirikan Bisnis Travel di Jepang dan Berkhidmah di Mualaf Center PCINU
Senin, 30 Januari 2023 | 11:00 WIB
Jakarta, NU Online
Cut Faisaluddin yang akrab disapa Chuto merupakan salah satu dari sekian banyak nahdliyin (warga NU) yang sukses mengembangkan bisnis di Negeri Sakura, Jepang. Ia berhasil mendirikan bisnis travel di Jepang. Namun, keberhasilan usahanya itu tidak lepas dari pengalaman pahit.
Pengalaman tidak mengenakan itu terjadi pada Chuto di awal pendirian jasa travel yang dinamakannya Tokio Kanko itu. Sebab dirinya sempat diragukan oleh banyak pihak membuka usaha travel.
“Tidak ada yang percaya bahwa orang asing seperti saya yang datang dari Indonesia akan mampu membuka usaha travel resmi di Jepang, termasuk keluarga dari istri saya yang asli orang Jepang,” tuturnya kepada NU Online, Sabtu (28/1/2023).
Chuto menuturkan, teman-teman kantornya dulu juga sempat meragukan kemampunnya. Karena dianggap tidak memiliki pengalaman etika berbisnis dan berkomunikasi yang baik kepada calon kolega di Jepang.
“Memang pendapat mereka benar, selain kendala di bidang bahasa, saya juga belum memiliki pengalaman berbisnis di Jepang serta cara komunikasi bisnis dengan calon kolega Jepang. Namun hal tersebut menjadi tantangan baru dan tidak sedikit pun membuat saya gentar dan mundur dalam memulai bisnis,” papar dia.
Menurut laki-laki 38 tahun itu, sang istri juga sempat melarangnya untuk membuka usaha travel. Namun setelah memberikan penjelasan secara rutin atas keinginannya untuk berbisnis, Chuto perlahan membuktikan dengan membuat lisensi untuk membuka usaha travelnya.
“Bahkan di sela-sela pulang kerja, saya kursus agar lulus ujian untuk mendapatkan lisensi itu. Sebelumnya saya sempat bekerja di perusahaan travel Jepang selama 6 tahun. Kemudian memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri. Selain itu, karena saya memiliki koneksi dengan travel di Indonesia sekitar 30 perusahaan, sehingga membuat saya yakin untuk membuka travel sendiri,” terang laki-laki asal Sabang, Aceh itu.
Saat ini Chuto melayani pesanan dari travel agen di Indonesia untuk menyediakan hotel, bus, guide, restoran, dan berbagai hal yang diinginkan oleh pihak agen di Indonesia untuk wisatawan ke Jepang.
Dihantam pandemic Covid-19
Meski sempat terkendala pandemi tahun lalu yang membuat usahanya merugi, tetapi sejak Juni 2022 hingga Mei 2023 Chuto sudah mengantongi orderan dari grup-grup yang masuk dengan rata-rata satu grup mencapai 200 orang.
“Waktu pandemi itu saya sedang menikmati usaha ini, ternyata Allah kasih ujian dengan adanya Covid-19 di seluruh dunia. Ini banyak berdampak kepada perusahaan saya karena sudah terlanjur membayar sewa ruangan kantor untuk 3 tahun dari 2019-2022 sedangkan orang-orang yang memesan lewat travel saya ingin membatalkan sehingga semua meminta untuk dikembalikan uangnya,” ungkap Chuto.
Berkhidmah di NU
Chuto yang sudah menetap di Jepang selama 15 tahun itu mengaku pikirannya sempat kacau akibat pandemi. Hingga akhirnya datang seorang teman yang mengajak untuk sering-sering datang ke masjid-masjid NU mengikuti berbagai kajian. Akhirnya setelah Chuto datang kesana perlahan hati dan pikirannya tenang.
“Di sana saya sempat berdiskusi tentang bisnis kepada salah seorang ustadz dan beliau memberikan amalan surat Al-Waqiah yang sampai sekarang masih saya amalkan. Dan alhamdulillah di tahun 2022 Jepang kembali membuka akses untuk wisatawan asing yang ingin masuk. Jadi 2,5 tahun pandemi Covid-19 memberi pembelajaran bagi saya bahwa Allah menyuruh untuk banyak mengaji dan ditemukan dengan teman-teman Nahdliyin Jepang untuk mengisi spiritual,” jelasnya.
Saat pandemi lalu, ia mengaku rutin mengikuti pengajian yang diadakan PCINU Jepang, seperti ngaji kitab secara daring, tadarusan yang dipimpin Ketua PCINU Jepang, setoran hafalan, hingga menghadiri shalawatan hadrah yang rutin diadakan.
"Karena seringnya saya bertemu dengan teman-teman Nahdliyin Jepang akhirnya saya disibukkan dengan mengaji saat pandemi, hingga saya diajak berkhidmah di Lembaga khusus Muallaf Center PCINU Jepang sampai sekarang," tandas Chuto.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad