Internasional

Hampir Sejuta Anak di Afrika Kekurangan Gizi Akut

Jumat, 19 Februari 2016 | 22:31 WIB

Hampir Sejuta Anak di Afrika Kekurangan Gizi Akut

ilustrasi: theguardian

New York, NU Online
Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Children's Fund/UNICEF) pada Rabu (17/2) memperingatkan bahwa hampir satu juta anak memerlukan perawatan karena kekurangan gizi akut di Afrika Selatan dan Timur.

Dua tahun hujan tak menentu dan kekeringan bersama dengan salah satu peristiwa El Nino paling kuat dalam 50 tahun menjadi malapetaka bagi kehidupan anak-anak paling rentan, kata UNICEF.

Di Malawi, Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) juga telah memperingatkan bahwa lembaga dihadapkan dengan peningkatan kebutuhan dan sangat memerlukan 38 juta dolar AS untuk membantu mereka yang paling rentan selama musim berkepanjangan ini.

Tanpa sumbangan tambahan, pembagian uang kontan harus ditangguhkan pada Maret, sementara pembagian makanan akan dikurangi secara drastis atau bahkan diputus pertengahan April.

Situasi bertambah parah dengan naiknya harga pangan, yang memaksa banyak keluarga menjalankan mekanisme penghematan drastis seperti melewatkan makan dan menjual aset, mengakibatkan hampir satu juta anak membutuhkan perawatan karena kekurangan gizi akut parah di wilayah tersebut, kata Leila Gharagozloo-Pakkala, Direktur Regional UNICEF untuk Afrika Selatan dan Timur, dalam siaran pers Rabu (17/2).

"Fenomena cuaca El Nino akan berkurang, tapi dampaknya pada anak-anak --banyak di antara mereka sudah hidup pas-pasan-- akan terasa sampai bertahun-tahun ke depan," katanya.

"Pemerintah meresponsnya dengan sumber daya yang ada, tapi ini situasi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Kelangsungan hidup anak-anak tergantung pada tindakan yang dilakukan hari ini."

Menurut UNICEF, Lesotho, Zimbabwe dan sebagian besar provinsi di Afrika Selatan telah mengumumkan kondisi bencana dalam menghadapi peningkatan kekurangan sumber daya. 

Di Ethiopia, jumlah orang yang memerlukan bantuan makanan diperkirakan naik dari 10 juta lebih jadi 18 juta sampai akhir tahun ini.

UNICEF, yang mengeluarkan informasi terkininya mengenai dampak El Nino pada anak-anak di wilayah tersebut, menyatakan bahwa di Ethiopia, dua musim hujan yang gagal berarti hampir enam juta anak memerlukan bantuan pangan, dengan makin banyak anak tak bisa bersekolah karena dipaksa berjalan lebih jauh untuk mencari air.

Di Somalia, lebih dari dua-pertiga mereka yang memerlukan bantuan segera adalah warga yang kehilangan tempat tinggal, sedangkan di Kenya, hujan lebat terkait El Nino dan banjir menambah parah penyebaran wabah kolera.

Sementara itu di Lesotho, seperempat warga terpengaruh. Kondisi tersebut menambah parah kondisi negara tempat 34 persen anak adalah yatim-piatu, 57 persen orang hidup di bawah garis kemiskinan, dan hampir satu dari empat orang dewasa hidup dengan HIV/AIDS tersebut.

Di Zimbabwe 2,8 juta orang diperkirakan menghadapi kondisi rawan pangan dan gizi. Kemarau telah mengurangi air dari sedikit sumur bor yang masih berfungsi sehingga menambah parah risiko penyebaran penyakit yang menular lewat air, terutama diare dan kolera.

Badan PBB itu menyatakan Malawi menghadapi krisis pangan terburuk dalam sembilan tahun dengan 2,8 juta orang, lebih dari 15 persen penduduk negeri tersebut, terancam kelaparan. Kasus kekuragan gizi akut telah melonjak sampai 100 persen dari Desember 2015 hingga Januari 2016.

Di Angola, sebanyak 1,4 juta orang diperkirakan terdampak kondisi cuaca ekstrem dan 800.000 orang menghadapi kondisi rawan pangan, terutama di provinsi Angola Selatan yang setengah tandus.

Kantor PBB Urusan Kemanusiaan (UN Office for Humanitarian Affairs/OCHA) telah memperkirakan masyarakat yang terpengaruh diperkirakan memerlukan sekitar dua tahun untuk pulih dari kemarau yang diperparah oleh El Nino jika kondisi pertanian membaik dalam semester kedua tahun ini.

UNICEF juga mengatakan permohonan bantuan kemanusiaannya hanya kurang dari 15 persen yang didanai di seluruh negara yang terpengaruh El Nino di Afrika Selatan, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua. (Antara/Mukafi Niam)


Terkait