Internasional

Pengungsi di Lebanon Alami Krisis Makanan dan Layanan Kesehatan

Rabu, 2 Oktober 2024 | 13:45 WIB

Pengungsi di Lebanon Alami Krisis Makanan dan Layanan Kesehatan

Para pengungsi di tempat umum di Beirut. (Foto: Aljazeera)

Jakarta, NU Online

Serangan Israel mengakibatkan ratusan ribu penduduk Lebanon Selatan harus mengungsi ke tempat yang lebih aman, terlebih setelah pemboman terbesar pada 27 September 2024 lalu yang menargetkan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah.


Aljazeera melaporkan sebagian besar keluarga Lebanon yang mengungsi secara paksa akibat serangan Israel baru-baru ini tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk akses terhadap makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan.


Komite Penyelamatan Internasional (IRC) mengatakan bahwa 82 persen dari 200 keluarga pengungsi yang disurvei melaporkan kesulitan mendapatkan makanan yang mereka alami. Sementara yang lain melaporkan kekurangan sarana tempat tinggal, produk kebersihan, dan air minum bersih, di antara kebutuhan lainnya.


"Hampir setengah dari pengungsi yang terdampak masih berusia anak-anak," kata Direktur IRC untuk Lebanon, Juan Gabriel Wels, sebagaimana dilaporkan Aljazeera.


"Kami menyaksikan kesenjangan yang mengkhawatirkan dalam perawatan kesehatan dengan kekurangan obat-obatan yang kritis dan terbatasnya akses ke layanan yang berpengaruh pada orang lanjut usia, anak-anak, dan mereka yang memiliki kondisi kronis," ujarnya.


Menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) melalui laporan Aljazeera, satu juta orang telah mengungsi dari rumah mereka karena serangan Israel, 90 persen di antaranya terjadi dalam sepekan terakhir.


Pemerintah sementara Lebanon yang kini beroperasi tanpa presiden dan tengah dilanda krisis ekonomi yang parah mengalami kesulitan untuk menanggapi kebutuhan rakyat. Ribuan orang tidur di lantai ruang kelas setelah pemerintah mengubah lebih dari 500 sekolah di Beirut menjadi tempat penampungan pengungsi.


Ribuan lainnya tidur di masjid, di bawah jembatan, dan di jalan-jalan. Namun, krisis bisa menjadi lebih buruk sekarang karena Israel telah memulai serangan darat.


Sementara itu, Reuters melaporkan sejumlah penduduk yang tinggal di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, memutuskan untuk tidak mengungsi. Namun, mereka menggelar kemah di pinggir pantai untuk melindungi diri dari peperangan di Lebanon.


Masyarakat sipil ini tidur di atas selimut, baik di bawah langit terbuka atau di dalam tenda dan tempat berlindung sementara lainnya tanpa tempat yang lebih aman untuk dituju karena sebagian besar tempat penampungan sudah penuh.


Invasi Israel menyebabkan ratusan ribu warga sipil Lebanon terombang-ambing dalam ketidakpastian berapa lama hidup mereka akan dilanda ancaman dan rasa ketakutan.