Presiden American Islamic College: Jadi Islam Tak Berarti Hentikan Identitas sebagai Bangsa
Selasa, 22 Oktober 2024 | 21:30 WIB
Chicago, NU Online
Presiden American Islamic College (AIC) Timothy J Gianotti menegaskan bahwa menjadi Islam tidak harus menghentikan identitas diri persona orangnya sebagai suatu bangsa.
"Tidak berarti, menjadi Islam harus menghentikan identitas kita sebagai (bangsa) Amerika, Kanada, Indonesia," katanya di kampus AIC di Irving Park, Chicago, Illinois, Amerika Serikat, Senin (21/10/2024) waktu setempat.
Sebab, menurutnya, ada banyak jalan menuju Islam, menuju Allah. Sebagai bangsa Indonesia yang Muslim, tentu harus menjaga keislaman sekaligus latar diri keindonesiaannya.
Pria yang mendalami al-Ghazali itu menyebut bahwa Islam bukanlah Arab. Menjadi Islam, tidak harus menjadi Arab. Jika sudah menjadi Arab pun tidak serta-merta otomatis menjadi Islam.
Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk Islam, Timothy tidak mengubah namanya dengan nama berbahasa Arab. Ia tetap mempertahankan namanya sebagai sebuah identitas dirinya. Terlebih nama tersebut merupakan tafaulan atau diambil dari nama leluhurnya.
Di samping itu, Timothy menyampaikan bahwa Chicago merupakan kota yang bisa menjadi mozaik Islam. Sebab di kota ini, ada beragam komunitas Muslim, mulai latar budaya dan bangsanya hingga mazhabnya.
Karena itulah AIC menerima keragaman latar mahasiswanya dari berbagai macam mazhab dan bangsa.
"American Islamic College bukan hanya bagi satu golongan. Ini rumah bagi semua Muslim," kata pria yang pernah mengambil studi di Tepi Barat Palestina dan Yordania itu.
Dalam dua bulan ke depan, 20 santri pengajar pesantren Indonesia akan belajar di AIC bersama para akademisi mengenai Interfaith dan Intrafaith. Studi mereka atas beasiswa dari Dana Abadi Pesantren (DAP) Kementerian Agama bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).