Nasional

Menjadi Islam ala Pangeran Sambernyawa

Rabu, 26 September 2018 | 16:45 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Pangeran Sambernyawa memiliki rasa yang kuat atas identitas Jawanya sebagai bagian dari identitas keislamannya. Maka tak aneh jika ia menyatukan keduanya.

"Memadukan tradisi rohani dengan budaya Islam tanpa terjadi kontradiksi, baik secara individual maupun kelompok melalui tarekat," kata Azyumardi Azra, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat memberikan presentasi pada peluncuran buku Soul Catcher: Java's Fiery Prince Mangkunagara I, 1726-1795 karya M.C. Ricklefs, sejarahwan asal Australia, di Auditorium Harun Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (26/9).

Tak segan Azyumardi menyebut Pangeran Sambernyawa yang bergelar Mangkunegara I itu sebagai typical Javanese Muslim. Bagi pangeran yang bernama asli Raden Mas Said itu, mengutip dalam buku tersebut, Azyumardi mengatakan, "Menjadi Jawa itu menjadi Muslim sekaligus."

Sementara itu, Peter Carey, sejarahwan asal Inggris, menyebutkan bahwa Mangkunegara I sejak kecil sudah yatim piatu.

"Ibunya meninggal muda, ayahmya dikirim ke pengasingan," ujarnya.

Lebih lanjut, Peter menjelaskan bahwa Mangkunegara dibesarkan di keraton yang penuh intrik. Bahkan, di usianya yang masih belia, ia sudah turun ke medan perang.

"Sejak 14 tahun turun ke lapangan, perang Membaur dengan Pasukan Tionghoa," katanya.

Kegemarannya akan dunia sastra membuatnya menulis tiap kali datang ke kamp perang. Peter menyebut tulisan yang berjudul Babad Pakunegaran itu sebagai otobiografi pertama di Indonesia.

Hal ini juga ditegaskan oleh Oman Fathurahman, guru besar filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber primer itu menjadi sumber utama buku yang ditulis oleh Ricklefs.

"Serat Babad Pakunegaran (1757) sumber pertama Jawa (yang) isinya biografi, menjadi sumber utama bukunya (Ricklefs)," jelasnya.

Meskipun tidak hadir di ruang auditorium, Ricklefs turut menyimak kegiatan tersebut melalui sambungan jarak jauh.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh beberapa cendekiawan muslim yang pernah belajar kepada sejarahwan yang intens meneliti dunia Islam di Jawa tersebut.(Syakir NF/Abdullah Alawi)