Nasional EKSPEDISI ISLAM NUSANTARA (41)

Menjadi Melayu, Menjadi Islam

Kamis, 12 Mei 2016 | 13:01 WIB

Pekan Baru, NU Online
Ketika tim ekspedisi Islam Nusantara berada di Medan, Sumatera Utara, salah seorang pengurus NU Wilayah tersebut mengemukakan hubungan erat antara Melayu dengan Islam. Menurut dia, Melayu dan Islam tidak dipisahkan, dua identitas yang menyatu. Ketika menyebut Melayu otomatis menyebut Islam. Ketika menyebut kebudayaan Melayu artinya kebudayaan Islam.

Menurut Ketua PWNU Sumatera Utara H Afifuddin Lubis, ada ungkapan ketika seseorang masuk Islam, dari suku bangsa mana pun, maka ia disebut melayu. Artinya, menjadi Islam itu adalah Melayu.

Hal itu dibenarkan Wakil Ketua PWNU Riau H Rusli Ahmad, “Petatah-petitih Melayu itu kalau diteliti Islam semua,” ungkapnya di Pekan Baru Rabu (11/5).

Pria kelahiran Rokan Hulu tersebut lebih lanjut menyebutkan, di tanah kelahirannya dikenal dengan negeri seribu suluk karena di kabupaten tersebut terkenal dengan suluk tarekat Naqsyabandiyah yang diperkenalkan Syekh Abdul Wahab Rokan.

“Melayu itu identik dengan Islam. Adat-istiadat orang Melayu itu tidak bertentangan dengan Islam,” ungkapnya.  

Hal itu dibenarkan pula Gubernur Riau Rusli Zainal. Kepada tim Ekspedisi Islam Nusantara di bandara Sultan Syarif Kasyim, Pekan Baru, Rabu (11/5), ia menyebutkan kehidupan masyarakat Melayu yang Islamm bisa dilihat di sekitar sungai yang pernah melahirkan kesultanan Islam. Empat sungai tersebut adalah Indragiri, Siak, Kampar, dan Rokan.

Ketika masuk bulan puasa, lanjutnya, ritual keagamaan Islam tercermin di sekitar pinggiran sungai-sungai tersebut. Ada yang disebut dengan balimau. Balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan batin sebelum memasuki bulan Ramadhan, sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa.

Tak hanya itu, lanjut dia, di setiap daerah orang-orang Melayu melakukan ziarah kepada kuburan orang tua.

“Dalam acara resmi pun, kebudayaan yang ada di Riau mencirikan keislaman, mulai tari, ungkapan pembawa acara, nyanyian, ini tercermin dalam setiap acara resmi,” jelasnya.  

Ia bermimpi di tahun 2020, Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara karena baginya Melayu berpangkal dari Riau. (Abdullah Alawi)