Chicago, NU Online
Calon Presiden Donald Trump kembali menuduh Partai Demokrat melakukan kecurangan menjelang pemilu 2024. Hal itu ia sampaikan dalam serangkaian pidatonya di Pennsylvania beberapa waktu lalu.
Dalam acara kampanye di Pennsylvania, Trump menyatakan bahwa pihak Demokrat sedang “(Demokrat sedang) berjuang mati-matian untuk mencuri hal sialan ini,” kata Trump sebagaimana dilansir dalam video Mediaite.
Reporter Senior Stephen Collinson dalam tulisannya di CNN memberikan analisis, bahwa klaim tersebut menunjukkan retorika Trump dalam kampanye ini tidak jauh berbeda dari taktik yang ia gunakan pada pemilu 2020. Collinson mencatat bahwa Trump sedang membangun narasi kecurangan yang sama, dengan dasar yang sudah dibantah, untuk meragukan hasil pemilu jika kalah.
“Trump mengarahkan kampanyenya untuk fokus pada ‘kegelapan’ dan ‘kemarahan’, berusaha membakar semangat pendukungnya dengan keyakinan bahwa satu-satunya cara mereka bisa kalah adalah jika lawan melakukan kecurangan,” tulis Collinson.
Strategi ini, menurut Collinson, adalah upaya untuk mempersiapkan tantangan hukum dan politik jika hasil pemilu tidak memihaknya.
Sementara itu, Jill Colvin menulis, berbagai tuduhan Trump yang disebarkan tanpa bukti terhadap Partai Demokrat, mulai dari tuduhan bahwa Demokrat telah mengizinkan migran masuk secara ilegal agar bisa mendaftar sebagai pemilih, hingga klaim bahwa surat suara dari luar negeri akan disalahgunakan untuk “mengurangi suara sejati militer kita.” Hal itu sebagaimana dilansir AP News.
Namun, Colvin menunjukkan bahwa klaim ini tidak didukung oleh fakta. Penelitian menunjukkan bahwa kasus pendaftaran non-warga negara sebagai pemilih sangat jarang terjadi dan sering kali hanya kesalahan administratif.
Selain itu, surat suara dari luar negeri, yang digunakan oleh warga Amerika di luar negeri, termasuk militer, dilindungi dengan ketat dan Trump sendiri pernah berkampanye untuk mengamankan suara dari warga Amerika yang tinggal di luar negeri.
Trump juga mengklaim bahwa di Lancaster County, Pennsylvania, terjadi kasus 2600 surat suara palsu yang semuanya ditulis oleh orang yang sama. Hal itu telah ia gunakan sebagai bukti bahwa Demokrat sedang “berusaha mencurangi pemilu.” Namun, pejabat setempat menyatakan bahwa mereka sedang memeriksa sekitar 2.500 formulir pendaftaran pemilih yang memiliki beberapa kesamaan dalam detailnya, namun belum ada bukti bahwa semua formulir tersebut ditulis oleh orang yang sama.
Selain klaim kecurangan, Trump juga memperkuat retorika kerasnya. Dalam sebuah acara di Arizona, dia mengatakan, “Satu-satunya hal yang bisa menghentikan kita adalah kecurangan.” Pernyataan ini menunjukkan betapa seriusnya Trump dalam mengaitkan kekalahan dengan kecurangan, bahkan sebelum pemilu berlangsung. Dia juga mengancam akan menjatuhkan hukuman berat kepada siapa pun yang terlibat dalam “perilaku tidak etis” yang menurutnya telah merusak integritas pemilu.
Retorika Trump ini dikhawatirkan akan mengulang insiden pada 6 Januari 2021, ketika pendukungnya menyerbu Capitol. Demokrat khawatir bahwa dengan memperkuat narasi ini, Trump sedang menciptakan ketegangan yang sama seperti pada pemilu sebelumnya.
Upaya Trump untuk menguatkan retorika kecurangan tampaknya menjadi strategi untuk membangun dasar bagi tantangan hukum jika hasil tidak sesuai dengan keinginannya. Namun, sejauh ini, belum ada bukti yang mendukung klaimnya, seperti yang diungkapkan oleh Stephen Collinson dan Jill Colvin.