Wakili Indonesia dalam Forum Diplomasi di Afrika, Kader NU Tunisia Bicara AI dan Iklim
Selasa, 21 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Ketua Lakpesdam PCINU Tunisia Robith Marzuban dalam Forum Diplomasi Internasional di Afrika, Tunisia, Sabtu (19/10/2025). (Foto: istimewa)
Tunis, NU Online
Ketua Lakpesdam Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia periode 2024–2026 Robith Marzuban mewakili Indonesia dalam forum African Diplomatic League yang digelar di Hotel Golden Tulip El-Mechtel, Tunis, Sabtu (19/10/2025).
Forum ini mempertemukan diplomat muda, akademisi, dan perwakilan organisasi internasional dari berbagai negara.
Dengan mengusung tema “Global Contribution in Facing Climate Change”, agenda ini menjadi wadah strategis bagi generasi muda untuk membahas isu perubahan iklim dan memperkuat kerja sama lintas kawasan.
Dalam kesempatan tersebut, Robith tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga dipercaya menjadi Brand Ambassador (BA) atau duta acara, sebuah bentuk pengakuan atas kapasitas pelajar Indonesia di kawasan Afrika Utara.
“Kami berupaya menampilkan semangat pemuda Indonesia yang terbuka terhadap dialog global, serta menguatkan peran Islam rahmatan lil ‘alamin di ruang-ruang diplomasi,” ujar Robith Marzuban.
Robith mengaku bahwa pengalaman ini menjadi kesempatan berharga untuk membawa nilai-nilai pesantren ke ruang diplomasi internasional. Ia menegaskan, santri tidak hanya mampu berbicara soal keagamaan, tetapi juga siap menjadi bagian dari solusi atas persoalan global.
“Saya dulu seorang santri, dan ketika bisa duduk bersama diplomat dari berbagai negara, saya merasa bangga. Ini bukti bahwa santri bisa berkiprah di forum internasional,” kata Pimpinan Jurnal Khittah itu.
Keterlibatan kader NU ini sekaligus menegaskan bahwa diplomasi tidak lagi hanya milik pemerintah, tetapi juga bisa dilakukan oleh akademisi dan generasi muda yang memiliki pandangan moderat dan berwawasan luas.
Dalam forum tersebut, delegasi Indonesia aktif membahas peran Kecerdasan Buatan (AI) dalam mitigasi perubahan iklim. Isu ini menjadi sorotan utama dalam sesi diskusi panel yang diikuti berbagai diplomat muda dan pakar hubungan internasional.
“Kami berdiskusi, apakah AI bisa menjadi jawaban fundamental terhadap tantangan perubahan iklim. Ini bukan sekadar teori, tetapi latihan nyata dalam diplomasi dan tanggap bencana,” jelas Robith.
Fokus pada isu teknologi ini menunjukkan pandangan progresif dari kader NU terhadap tantangan global di masa depan.
Menurut Robith, keterlibatan mahasiswa Indonesia, khususnya dari PCINU Tunisia, merupakan bentuk nyata dari diplomasi kultural yang berlandaskan nilai Islam wasathiyah (moderat). Melalui forum internasional, kader NU berupaya menunjukkan wajah Islam yang damai, toleran, dan solutif terhadap berbagai persoalan dunia.
“Diplomasi yang berangkat dari nilai rahmatan lil ‘alamin sangat penting. NU punya modal sosial dan intelektual yang kuat untuk ikut menentukan arah percakapan global,” ujarnya menambahkan.
Forum African Diplomatic League menjadi ruang pembelajaran penting bagi mahasiswa diaspora Indonesia. Mereka menyadari bahwa tugas mereka tidak berhenti pada pencapaian akademik, tetapi juga membawa nama baik bangsa dan agama.
“Sebagai mahasiswa diaspora, kami harus menjadi wajah Indonesia yang baik di dunia internasional—berilmu, berakhlak, dan berkontribusi. Ini bagian dari dakwah bil hal,” pungkas Robith.
Partisipasi kader NU Tunisia di forum diplomasi Afrika ini menegaskan bahwa santri mampu menjadi jembatan antara nilai keislaman dan isu-isu global, menghadirkan Islam yang berperadaban, terbuka, dan siap memberi solusi bagi dunia.