Sidoarjo, NU Online
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan salah satu gangguan kompresi saraf yang paling sering terjadi dan dialami pasien. Gejala utama pada CTS ini adalah nyeri pergelangan tangan, rasa tebal dan kesemutan pada telapak tangan, kelemahan otot tangan, hingga gangguan fungsi tangan.
“Gejala awal biasanya lebih dirasakan pada malam hari, namun juga bisa terasa di siang hari apabila pergelangan tangan dalam posisi menekuk dalam waktu lama,” kata dokter Poli Rehabilitasi Medik, Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar, Sidoarjo, Jawa Timur, Martha Kurnia Kusumawardani, Rabu (18/12).
Kondisi ini dapat timbul dikarenakan gerakan berulang yang sama dan dalam jangka waktu lama pada pergelangan tangan. Sehingga menimbulkan inflamasi dan bengkak di sekitar lintasan saraf medianus dalam terowongan carpal.
Dokter di rumah sakit kebangaan warga NU Sidoarjo ini menjelaskan, terjadinya tekanan pada saraf medianus ini bisa juga disebabkan perubahan struktur anatomi sekitar pergelangan tangan. Hal tersebut akibat patah tulang, kehamilan, arthritis dan lain sebagainya.
Meski begitu, tidak semua CTS berakhir dengan operasi. Pengobatan secara konservatif lebih sering menjadi pilihan para pasien sebelum akhirnya harus dioperasi.
“Tujuan utama tindakan konservatif adalah untuk mengurangi nyeri, menurunkan kondisi inflamasi dan bengkak jaringan sekitar saraf medianus, sehingga diharapkan saraf medianus bisa berfungsi normal kembali,” jelasnya kepada NU Online.
Berbagai tindakan rehabilitasi medik, dilakukan untuk menangani kondisi tersebut, antara lain Ultrasound Diathermy (Usd), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation atau TENS, hingga Low Level Laser Therapy (LLLT).
“Pada suatu studi mengemukakan, bahwa antara Usd dengan LLLT dapat menurunkan nyeri pasien dengan CTS. Selain tindakan berupa modalitas tersebut, ada hal prinsip yang justru dilakukan oleh pasien mandiri, yaitu tendon gliding exercise atau CTS exercise,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menyatakan, pada studi lain juga menunjukkan efektivitas aplikasi LLLT terhadap perbaikan fungsi saraf medianus pada pasien CTS. Studi tersebut melakukan pemeriksaan rekam saraf medianus menggunakan alat electromyography (Emg) pada pasien yang didiagnosis CTS dan belum pernah mendapat terapi rehabilitasi medik.
Kemudian, para pasien tersebut dilakukan program pemberian LLLT pada area saraf medianus dengan frekuensi 2 kali sepekan selama 3 bulan.
“Pada 30 subyek, hasilnya menunjukkan bahwa ada perbaikan dalam skala nyeri pasien, juga ada perbaikan dalam kecepatan hantar saraf sensorik, namun untuk motorik tidak ada perbedaan yang signifikan,” ungkapnya.
Hal ini dapat disimpulkan, bahwa laser tergolong alat rehabilitasi medik yang relatif baru.
“Namun dapat dipertimbangkan sebagai alternatif untuk perbaikan gejala pasien CTS,” pungkasnya.
Kontributor: Moh Kholidun
Editor: Ibnu Nawawi