Ini Saran Ahli Gizi agar Ibu Hamil dan Menyusui Lancar Berpuasa
Senin, 11 April 2022 | 15:45 WIB
Jakarta, NU Online
Di bulan Ramadhan banyak ibu hamil atau menyusui ingin menjalankan ibadah puasa, namun khawatir akan mempengaruhi asupan nutrisi bayinya.
Dosen Departemen Gizi FKM-UI, Ahmad Syafiq mengatakan, ibu hamil atau menyusui bisa saja berpuasa, asal memerhatikan pemenuhan gizinya. Jika ibu memiliki status gizi yang kurang baik, maka ibu tersebut disarankan untuk tidak berpuasa.
“Seperti ibu yang menderita Kurang Energi Kronik (KEK) ditandai dengan ukuran lingkar lengan atas (LILA) di bawah 23,5 cm, atau ibu menderita anemia yang dicirikan oleh kadar hemoglobin (Hb) 11 g/dL atau kurang, maka tidak disarankan untuk puasa,” katanya lewat keterangan tertulis yang dikirim kepada NU Online, Senin (11/4/22).
Dalam hal ini, Syafiq menyarankan agar ibu menyusui dapat mempertimbangkan status gizi untuk mendapatkan keringanan dalam berpuasa, yaitu qadla atau qadla dan fidyah.
Baca Juga
Puasa Bagi Ibu Menyusui
“Dari segi gizi, penggunaan keringanan dan konsekuensinya (apakah cukup dengan qadla atau qadla dan fidyah) ini dapat menggunakan status gizi sebagai salah satu pertimbangan,” terangnya.
Dari segi keringanan, ia menerangkan keringanan qadla diperuntukkan bagi ibu menyusui yang memiliki sejumlah masalah kesehatan, sementara konsekuensi wajib qadla dan fidyah adalah bagi ibu menyusui yang sehat tapi masih memberikan ASI eksklusif demi kesehatan bayinya.
“Jadi, ada dua kategori. Ibu kekurangan gizi dan khawatir membahayakan diri dan anaknya, wajib mengqadla. Ibu yang sehat namun masih memberikan ASI eksklusif demi kesehatan bayinya, diwajibkan qadla dan membayar fidyah,” terang Anggota Pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) itu.
Perhatikan pemenuhan kebutuhan kalori
Sementara menurut Ahli Gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kraton Pekalongan, Jawa Tengah, Zidna Akmala Dewi menyebutkan agar dapat berpuasa dengan aman, ibu menyusui harus memperhatikan kebutuhan kalori.
“Ibu menyusui selama 6 bulan pertama, terutama yang masih memberikan ASI eksklusif, tambahan kalorinya mencapai 600-700 kalori. Kebutuhan tersebut, harus dipenuhi dengan menjaga asupan nutrisi tetap seimbang, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral,” ucapnya.
Akan tetapi, Zidna lebih menyarankan ibu menyusui yang ingin berpuasa sebaiknya menunggu bayinya berusia lebih dari 6 bulan. Sebab selama 6 bulan pertama asupan bayi hanya berasal dari ASI saja.
Karena jika si ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan kalorinya saat puasa, produksi ASI akan berkurang. “Kebutuhan kalori berkurang di bulan puasa karena makan cuma dua kali, akhirnya produksi asi kurang," terang Zidna.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi