4 Tantangan dalam Penerapan Praktik Pendidikan Inklusi di Indonesia
Sabtu, 15 Maret 2025 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Khofidotur Rofiah menyebutkan terdapat empat tantangan dalam penerapan praktik pendidikan inklusi di Indonesia.
Baca Juga
Pendidikan Inklusi dan Keadilan Tuhan
Perempuan yang akrab disapa Fia ini menjelaskan bahwa pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang terbuka bagi semua anak tanpa terkecuali, termasuk anak-anak yang memiliki kebutuhan Khusus, baik itu penyandang disabilitas secara fisik, mental, maupun emosional.
“Sekolah inklusi ini memang sudah ada di Indonesia, namun masih banyak tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di Indonesia,” ujar, Fia sapaan akrabnya dalam Webinar Diskusi Serial Ramadhan dengan tema Pendidikan Inklusi pada Jumat (14/3/2025) malam.
Pertama, kebijakan afirmatif. Ia menyampaikan bahwa kebijakan pendidikan inklusi di Indonesia belum menjangkau semua wilayah baik di provinsi hingga kabupaten atau kota.
Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah belum memahami pentingnya pendidikan inklusi sehingga sekolah inklusi tidak menjadi program prioritas daerah. "Minimnya dukungan pemerintah pusat dan daerah membuat sekolah inklusi minim dukungan anggaran,” katanya.
Kedua, guru yang kompeten. Fia menyampaikan bahwa jumlah guru pembimbing khusus masih sangat terbatas dan kemampuan guru untuk mengadaptasi kurikulum inklusi serta pembelajarnya masih rendah.
“Penyediaan media pembelajaran yang dapat diakses oleh guru pembimbing khusus dan anak berkebutuhan Khusus (ABK) belum maksimal,” ucapnya.
Ketiga, lingkungan sekolah. Ia menyampaikan bahwa pendidikan inklusi masih terdapat penolakan dari keluarga dan lingkungan masyarakat.
“Masih banyak kegiatan pembelajaran yang tidak melibatkan penyandang disabilitas dan masih sering terjadi bullying terhadap penyandang disabilitas,” ujar alumnus Pedagogical University of Krakow, Poland.
Keempat, sistem pendukung. Fia menyampaikan bahwa sistem pendukung untuk pendidikan inklusi belum tersedianya dan keakuratan data.
“Pusat layanan identifikasi dan asesmen belum maksimal, pada pusat sumber daya juga masih sangat terbatas,” katanya.
Fia menyampaikan bahwa penting untuk terus mendukung sekolah inklusi supaya memberikan kesempatan yang setara bagi anak-anak dari berbagai latar belakang dan kemampuan.
Menurutnya, pendidikan yang inklusif bukan hanya memberikan manfaat bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga bagi seluruh masyarakat dalam menciptakan generasi yang lebih toleransi.
“Tantangan ini memang tidak mudah, namun dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan, pendidikan inklusi di Indonesia dapat terwujud dengan lebih baik lagi di masa depan,” ucapnya.