7 Makanan Pengganti Nasi saat Lebaran, Ada Ketupat Hingga Lemang
Selasa, 18 April 2023 | 08:00 WIB
Jakarta, NU Online
Setelah sebulan penuh melaksanakan puasa Ramadhan, umat islam akan merayakan Idul Fitri 1444 H. Tak hanya bermaaf-maafan, momen makan bersama juga jadi agenda yang ditunggu-tunggu saat idul fitri.
Berbagai hidangan lezat pengganti nasi menjadi pelengkap saat berkumpul dengan saudara maupun teman. Berikut ini adalah ragam makanan pengganti nasi dalam sajian khas lebaran dari beberapa daerah di Indonesia.
1. Ketupat
Ketupat adalah salah satu makanan khas Lebaran yang identik dengan perayaan Idul Fitri. Biasanya ketupat Lebaran disajikan dengan kuliner khas seperti opor ayam, gulai, atau rendang. Hidangan ini terbuat dari beras yang dimasak dalam anyaman daun kelapa muda, ketupat biasanya disajikan dengan hidangan lebaran lainnya seperti opor ayam, semur daging, rendang, sambal goreng ati dan lainnya.
2. Lontong
Lontong juga dikenal sebagai salah satu makanan khas Indonesia yang menjadi menu wajib d hari lebaran. Lontong yang berasal dari beras memiliki perbedaan dengan ketupat, yaitu dari penggunaan daun pisang sebagai pembungkusnya. Bentuk lontong sangat khas yaitu bulat memanjang dengan isian yang padat. Selain bisa disantap bersama opor, lontong kerap disajikan dengan sate ayam.
3. Buras
Buras ialah makanan khas bugis yang dibungkus menggunakan daun pisang, biasanya masakan ini marak dibuat menjelang hari raya idul fitri maupun hari raya idul adha. Buras salah satu hidangan yang tidak sedikit dijumpai usai merayakan hari lebaran idul fitri serta idul adha.
Menyantap buras di kalangan bugis, tidak lagi menjadi asing bagi orang bugis, buras yang merupakan salah satu varian beras atau nasi yang dibungkus menggunakan daun pisang ini, lalu kemudian diikat menggunakan tali.
4. Patlau
Patlau menjadi makanan khas Lebaran asal Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Dilansir dari laman Antara, patlau terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan santan kelapa lalu ditambah dengan garam.
Setelah itu, beras ketan kemudian dibungkus dengan daun pisang muda dan dikukus hingga matang. Rasa gurih dari santan dan aroma beras ketan yang harum memang membuat patlau menjadi hidangan utama yang menggugah selera.
Adapun sebutan patlau berasal dari kata lepat lauk karena menu lepat ini biasa dinikmati dengan lauk. Lauk pendamping patlau hampir sama halnya dengan ketupat yaitu rendang daging sapi, opor ayam, dan sambal petai atau sambal udang.
5. Gogoso
Gogoso atau Gogos merupakan makanan khas Makassar sebagai warisan kuliner yang turun temurun dari nenek moyang suku Bugis, cocok jika dijadikan sebagai oleh-oleh khas Makassar. Dulu, Gogoso ini disajikan pas lebaran disajikan dengan menu makanan khas lainnya.
Namun saat ini sudah banyak dijual di pinggiran jalan. Gogoso biasanya terbuat dari ketan. Namun beberapa menggunakan bahan sejenis biji-bijian seukuran pasir dan berwarna cokelat.
6. Sokko Tumbu
Sokko Tumbu makanan khas Bugis ini selalu diminati saat lebaran maupun acara selamatan atau hari besar lainnya. Makan ini terbuat dari beras ketan dan santan, lalu dibentuk dengan ditumbuk satu persatu hingga dibungkus bulat memanjang dengan daun pisang dan dimasak hingga kurang lebih 4 sampai 5 jam.
Makanan tersebut biasanya dihidangkan bersama Nora yang terbuat dari gula merah/aren, santan dan telur yang akan menambah legitnya sokko tumbu.
7. Lemang
Lemang atau leumang adalah sajian khas Melayu yang juga kerap muncul di momen Idul Fitri. Bahan utama lemang adalah beras ketan putih yang dimasak dengan bumbu rempah dan santan.
Uniknya, lemang dimasak di dalam bumbung bambu yang sebelumnya telah dibersihkan dan di dalamnya dilapisi dengan daun pisang. Kemudian bumbung bambu tersebut dipanaskan di atas bara api hingga lemang matang, yang ditandai dengan mengembangnya adonan ke permukaan.
Lemang yang telah matang akan didinginkan baru kemudian dikeluarkan dari bilah bambu dan dipotong-potong. Lemang bisa dinikmati begitu saja karena rasanya yang gurih dan wangi, atau disantap bersama kari kambing atau hidangan berkuah lainnya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad