Nasional

Amru bin Ash Dapat Hidayah Islam melalui Estetika Wahyu

Kamis, 18 Januari 2018 | 12:33 WIB

Amru bin Ash Dapat Hidayah Islam melalui Estetika Wahyu

ilustrasi: rebanas.com

Tangerang Selatan, NU Online
Amru bin Ash dikenal sebagai seorang yang cerdik dan fasih berpuisi. Dengan kemampuannya itu, ia pernah diutus oleh kafir Quraisy untuk melobi Raja Najasyi agar mengusir orang-orang Islam yang mencari suaka.

Rabu malam (17/1/2018), kontributor NU Online silaturahim ke kediaman Ketua Dewan Kesenian Banten Chavchay Syafullah di Vila Dago, Pamulang, Tangerang Selatan. Chavchay pada awalnya menjelaskan tentang puisi. Ia lalu teringat kisah bertemunya Amru bin Ash dan Musailamah al-Kadzzab.

Suatu ketika, Amru bin Ash menemui karibnya, Musailmah al-Kazzab. Ia menyampaikan, bahwa Nabi Muhammad telah menerima wahyu.

“Wahyu apa?” tanya Musailamah.

“Wahyu bicara tentang al-fil (gajah),” jawab Amru bin Ash.

“Wah sama. Aku juga dapat,” timpal Musailamah.

Amru bin Ash pun meminta ia membunyikan wahyu yang diterima Musailamah tentang al-fil.

الْفِيْلُ. مَا الْفِيْلُ. وَ مَا اَدْرَىكَ مَا الْفِيْلُ. لَهُ ذَنَبٌ وَبِيْلٌ. وَلَهُ حُرْطُوْمٌ طَوِيْلٌ.

Al-fil. Ma (a)l-fil. Wa maa adraaka ma (a)l-fil. Lahu dzanabun wabil. Wa lahu hurthumun thawil.

Gajah. Apa itu gajah? Apakah kamu tahu tentang gajah? Ia memiliki ekor yang pendek. Dan ia memiliki belalai yang panjang.

Apa yang disampaikan oleh Musailamah itu tentu sangat jauh berbeda dengan apa yang Amru bin Ash terima dari Rasul tentang gambaran gajah. Hal yang membedakan keduanya, menurut Chavchay adalah nilai sastranya.

“Karena ada nilai estetika yang merangsang orang pada makna-makna baru yang lahir dari teks, maka dia bela Muhammad,” ujarnya.

Amru bin Ash itu orang cendekia. Dengan keilmuannya, ia mampu membedakan mana wahyu dan mana yang bukan wahyu. 

“Ah, itu mah bukan wahyu. Itu mah karya lu kali. Masak wahyu begitu,” cerita Chavchay menyampaikan ujaran Amru bin Ash pada Musailamah.

Lalu, alumni Pondok Pesantren Dar el-Qalam itu pun melantunkan dua ayat pertama surat al-Fil.

“Gak usah kita ngomong artinya. Didengernya aja udah beda,” katanya.

Begitulah salah satu alasan Amru bin Ash masuk Islam. Ia mendapatkan hidayah dari estetika puitiknya Al-Quran sebagai karya sastra monumental. “Tuh kenapa Amru bin Ash saat itu masuk Islam,” pungkasnya. (Syakirnf/Abdullah Alawi)


Terkait