Begini Strategi untuk Tarik Minat Generasi Muda agar Mau Jadi Petani
Rabu, 25 September 2024 | 18:15 WIB
Seorang petani sedang merawat tanaman padi yang mulai tumbuh menghijau di persawahan Pati, Jawa Tengah Rabu (25/9/2024). (Foto: NU Online/Solkan)
Jakarta, NU Online
Akademisi dan Dosen Teknik Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Syifa' Rabbani membeberkan strategi untuk menarik minat anak muda agar mau menjadi petani.
.
Menurutnya, langkah-langkah strategis perlu dilakukan agar profesi ini dianggap lebih menarik, berkelanjutan, dan menguntungkan.
Ia memaparkan 4 langkah yang bisa diambil pemerintah, pihak swasta, stakeholder terkait, dan masyarakat untuk menarik minat generasi muda agar mau menjadi petani.
1. Modernisasi sektor pertanian
Modernisasi sektor pertanian melalui penggunaan teknologi digital dan mekanisasi sangat penting.
Pertanian cerdas (smart farming) berbasis teknologi Internet of Things (IoT), drone, dan big data dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sekaligus memperkenalkan pertanian sebagai bidang yang inovatif dan berteknologi tinggi, bukan sekadar aktivitas tradisional yang melelahkan.
2. Program diklat khusus di bidang pertanian modern
Program pendidikan dan pelatihan (diklat) khusus di bidang pertanian modern harus lebih diakses dan dipopulerkan di kalangan anak muda. Kurikulum yang lebih aplikatif dan terhubung dengan kewirausahaan pertanian (agripreneurship).
“Sehingga bisa membuat mereka melihat pertanian sebagai peluang bisnis, bukan sekadar profesi dengan hasil yang pas-pasan,” terang pria alumni Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan, Trangkil, Pati, Jawa Tengah ini kepada NU Online, pada Selasa (24/9/2024)
3. Dukungan akses modal dan pendampingan
Dukungan akses modal dan pendampingan dari pemerintah, swasta, dan komunitas lokal perlu ditingkatkan. Program inkubasi bisnis pertanian bisa membantu anak muda memulai usaha pertanian dengan risiko yang lebih terkendali.
4. Mengubah narasi tentang profesi petani
Penting untuk mengubah narasi sosial bahwa bertani bukanlah pekerjaan yang rendah statusnya, melainkan profesi yang berkontribusi langsung pada ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
“Melalui kampanye yang mengangkat kisah sukses petani muda yang telah berhasil, serta promosi pertanian berkelanjutan sebagai bagian dari gaya hidup yang lebih sehat dan ramah lingkungan, profesi ini bisa menjadi lebih menarik bagi generasi muda yang semakin peduli terhadap isu global dan lingkungan,” paparnya.
Kata Petani
Petani asal Pati, Jawa Tengah, Suparman mengungkapkan bahwa anak-anak muda tidak tertarik menjadi petani karena faktor penghasilannya rendah. Tantangan lainnya adalah karena sawah terdampak banjir, kadang tidak panen, dan pengairannya sulit. Bahkan, ada pula tantangan krisis iklim.
“Bahkan bisa minus (penghasilan) orang tani kalau terjadi seperti itu,” ujarnya saat ditemui NU Online di kediamannya, pada Rabu (25/9/2024).
Melihat realita profesi petani yang sangat sengsara, ia justru merasa iba kalau ada anak-anak muda yang ingin jadi petani. Namun, ia memiliki saran agar anak-anak muda mau menjadi petani.
Menurutnya, anak-anak muda harus mulai terjun dulu ke sawah. Di lain sisi, para orang tua perlu mendukung dan membimbing mereka yang mau menjalani profesi sebagai petani. Selanjutnya diberikan fasilitas untuk menggarap sawah seperti traktor.
“Kalau sudah dikasih fasilitas, kalau penghasilan ada, mungkin anak-anak muda akan tertarik menjadi petani,” pungkas Suparman.