Kekeringan di Indramayu Gerus Ekonomi Petani, Perlu Penyelesaian Irigasi dari Bendungan Cipanas
NU Online · Rabu, 11 September 2024 | 08:00 WIB
Mufidah Adzkia
Kontributor
Jakarta, NU Online
Indramayu yang merupakan salah satu lumbung padi nasional namun rentan mengalami kekeringan setiap tahunnya yang berakibat ancam ketahanan pangan, desa Kedokangabus adalah salah satu desa yang mengalami kekeringan setiap tahunnya.
"Kedokangabus yang merupakan desa paling selatan di kecamatan Gabuswetan hampir setiap tahun kekeringan. Kekeringan di Desa Kedokangabus, hampir tiap tahun terutama di musim tanam gadu (Jawa musim sadon), karena Kedokangabus areal sawahnya merupakan sawah tadah hujan,” jelas Kepala Desa Kedokangabus, Raswa, pada NU Online, Senin (9/9/2024).
Kuwu periode 2021-2029 itu, menyampaikan ada 500 hektar lahan yang terdampak kekeringan yang berakibat pada ketahanan pangan yang menurun. Hal itu hampir mencapai 80 persen dari luas area persawahan di desanya.
“Luasan lahan di desa Kedokangabus terdampak kekeringan sekitar 500 Ha. Dari 650 Ha yang ada. Berarti hanya 150 Ha saja yang tidak mengalami kekeringan, akibat kekeringan ini warga banyak kehilangan mata pencaharian dan kehilangan penghasilan, dan ketahanan pangan mungkin akan menurun,” paparnya.
Raswa menyampaikan harapan masyarakat desanya, agar Bendungan Cipanas segera selesai, supaya proyek-proyek irigasi di sekitar kali cipanas juga dapat segera rampung.
“Satu-satunya harapan bagi masyarakat petani Kedokangabus adalah, apabila proyek bendungan Cipanas rampung. Solusi atas kekeringan ini diprediksi akan dapat diatasi apabila bendungan Cipanas dan proyek-proyek irigasi di sekitar kali Cipanas rampung pembangunannya,” ungkapnya.
Di samping itu, Raswa juga mengungkapkan harapannya pada pemerintah untuk segera menyikapi dengan tegas supaya irigasi Cipanas segera bisa dioperasikan kembali.
“Harapannya, peran serta pemerintah baik pusat maupun daerah untuk menyikapi bagaimana agar irigasi di sekitar cipanas normal, sementara masih banyak proyek di sekitar anak-anak sungai cipanas yang masih belum rampung,”
Sementara itu, Kepala Desa Sekarmulya Cahyono menyampaikan lahan sawah di desanya mengalami kekeringan sejak awal Maret hingga September.
“Kekeringan lahan persawahan di desa sekarmulya mulai dari bulan Maret di musim rendeng sampai bulan 9 baru kurang lebih 5 kali turun hujan besar,” kata Cahyono saat dihubungi NU Online, pada Selasa (10/9/2024).
Cahyono menyampaikan, terdapat 530 hektar lahan di desanya yang terdampak kekeringan sedangkan untuk keseluruhan di Kecamatan Gabuswetan terdapat sekitar 1.200 hektar.
“Kurang lebih 530 hektar khusus nya desa sekarmulya, untuk seluruh Kecamatan Gabuswetan kurang lebih 1200 hektar,” jelas kepala desa periode 2017-2025 itu.
Cahyono menjelaskan dampak kekeringan ini terasa pada masyarakat dan sangat memberatkan terutama perekonomian khususnya untuk kebutuhan warga sehari-hari.
Di sisi lain, seorang petani Indramayu asal Desa Sekarmulya, Darmin, juga mengungkapkan keresahannya dan petani lain terkait kekeringan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Dari Musibah menuju Muhasabah dan Tobat Kolektif
2
Gus Yahya Berangkatkan Tim NU Peduli ke Sumatra untuk Bantu Warga Terdampak Bencana
3
Kiai Miftach Moratorium Digdaya Persuratan, Gus Yahya Terbitkan Surat Sanggahan
4
Khutbah Jumat Akhir Tahun 2025: Renungan, Tobat, dan Menyongsong Hidup yang Lebih Baik
5
Khutbah Jumat: Ketika Amanah Diberikan kepada yang Bukan Ahlinya
6
Pesantren Lirboyo Undang Mustasyar PBNU hingga PWNU dan PCNU dalam Musyawarah Kubro
Terkini
Lihat Semua