Buya Husein: Cinta Tak Sempurna Hingga Katakan ‘Kau Adalah Aku’
Ahad, 12 September 2021 | 12:00 WIB
Pengasuh Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, KH Husein Muhammad. (Foto: Tangkapan layar YouTube Cak Masykur)
Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Dar al-Tauhid Arjawinangun Cirebon, KH Husein Muhammad, membahasakan cinta kepada sesama manusia dalam sebuah kata mutiara.
“Cinta dua orang tak akan sempurna sampai masing-masing mengatakan, kau adalah aku,” ungkap Buya Husein, sapaan akrabnya.
Hal itu diungkapkan dalam acara yang diselenggarakan Mubadalah.id bertema Tujuh Nalar Muslim Moderat, Sabtu (11/9) malam.
Kata mutiara yang disampaikan Buya Husein dalam siaran langsung melalui Zoom dan Facebook Mubadalah.id itu menjadi ringkasan dalam pembahasan nilai moderat yang menjadi tema utama.
Ia menjelaskan prinsip-prinsip nalar moderat di antaranya tidak mengabsolutkan diri sendiri dan menyalahkan pendapat orang lain. “Kemudian juga tidak pernah membenarkan kekerasan dan menolak pemaknaan tunggal dalam teks,” jelasnya.
Buya Husein memaknai nalar moderat sebagai cara pandang, sikap,dan tindakan dalam menghadapi pemikiran dan gerakan radikalisme, ekstrimisme melalui prinsip-prinsip kemanusiaan.
“Yakni, prinsip-prinsip kesetaraan manusia. Kesetaraan artinya konsekuensi paling bertanggung jawab atas teologi tauhid,” terangnya.
Relasi antarkomunitas
Menurut Buya Husein, saat ini dunia sedang dihadapkan pada permasalahan relasi antarkomunitas manusia yang mengancam dan berpotensi menghancurkan kemanusiaan.
“Permasalahan kemanusiaan itu adalah munculnya gerakan radikalisme, ekstrimisme kekerasan yang di atasnamakan dengan sesuatu yang sakral,” tegasnya.
Ia menambahkan, gerakan itu telah memasuki hampir segala ruang sosial, politik dan pendidikan.
Buya Husein memaknai radikalisme sebagai paham atau gerakan yang ingin melakukan dekonstruksi terhadap sistem modern yang didasarkan pada basis demokrasi dan hak asasi manusia.
“Mereka berusaha menghancurkan ini dan berusaha mengambil situasi di masa lalu,” tuturnya.
Untuk mengatasi itu, lanjut dia, toleransi menjadi solusinya. Ada dua prinsip toleransi, yakni toleransi pasif dan toleransi aktif.
“Pasif itu kita hanya tidak akan mengganggu, sedangkan aktif itu sampai pada tahap memberikan ruang, menyambut kehadiran yang lain,” terangnya.
Buya Husein menilai, moderat adalah menghargai pilihan, keyakinan, dan pandangan hidup seseorang.
“Perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan. Jangan perlakukan orang lain dengan cara yang engkau sendiri tidak ingin mereka memperlakukannya padamu,” kata Buya Husein.
“Karena ingin pendapatnya dihargai, seyogyanya dia menghargai pilihan orang lain. Jangan merendahkan siapapun dan apapun karena Allah tidak merendahkannya ketika menciptakan,” pungkasnya dalam sebuah kata mutiara.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori