Densus 99 Asmaul Husna: Kasus Sigi Sinyal bagi Kelompok Lain untuk Beraksi
Ahad, 29 November 2020 | 22:30 WIB
Komandan Detasemen Khusus 99 Asmaul Husna Gerakan Pemuda Ansor, Nuruzzaman. (Foto: NU Online/Syakir)
Jakarta, NU Online
Komandan Detasemen Khusus (Densus) 99 Asmaul Husna Gerakan Pemuda Ansor Nuruzzaman menilai bahwa aksi teror yang dilakukan oleh Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (27/11) lalu, bisa menjadi sinyal bagi kelompok lain untuk melancarkan aksi susulannya. Apalagi hari ini sudah mendekati peringatan Natal dan Tahun Baru.
“Memberikan pesan untuk melakukan tindakan yang sama di tempat lain. Ini kan menjelang natal, tahun baru. Biasanya momen ini terjadi,” katanya saat bincang santai yang dipandu Savic Ali pada Ahad (29/11).
Pria yang akrab disapa Kang Zaman itu menjelaskan bahwa para teroris itu sudah berkomunikasi satu sama lain. Pengumpulan dananya juga terus dilakukan. Bahkan, lanjutnya, ada sebuah BMT di Jakarta yang mengumpulkan dengan dalih ‘sumbangan fi sabilillah’ tetapi bukan disalurkan untuk mencari ilmu, tetapi melakukan aksi teror.
“Pengumpulan uangnya sudah sangat luar biasa. Artinya memang sudah terkonsolidasi dengan baik. Yang lain juga sudah siap,” lanjutnya.
Aksi teror itu juga, katanya, merupakan upaya untuk menunjukkan eksistensinya di hadapan dunia bahwa mereka masih eksis. Kang Zaman menyebut bahwa aksi biadab tersebut menjadi sinyal agar bantuan kepada kelompok tersebut terus mengalir.
“Itu terus akan dilakukan. Artinya mereka akan terus mendapatkan bantuan. Untuk menunjukkan itu, (mereka) melakukan tindakan. Ada logistik dan senjata yang akan dikirim ke mereka. Kemudian menunjukkan identitas kepada ISIS internasional bahwa di Indonesia masih ada,” jelasnya.
Berbeda dengan Kang Zaman, Pengamat Terorisme Alto Labetubun menilai bahwa aksi tersebut tidak akan melahirkan aksi berikutnya dalam waktu dekat.
“Kelompok teror sesuai BNPT cukup banyak. MIT saat ini menurutku kecil kemungkinan akan mentrigger aksi lain,” katanya
Menurutnya, momentum ini malah dimanfaatkan sebagai ajang untuk memperbanyak pendanaan untuk menyiapkan aksi yang lebih besar.
“Mending konsolidasi cari duit baru mikir aksi spektakuler,” ujarnya.
Pasalnya, aparat keamanan tentu saja akan semakin meningkatkan intensitas kinerjanya sehingga kemungkinan tertangkap semakin tinggi. Tentu kelompok teroris tidak mau kehilangan para kombatannya dengan sia-sia. Karenanya, ia berkesimpulan aksi MIT dua hari lalu tidak akan menimbulkan aksi berikutnya. Justru kelompok teroris lain membiarkan MIT bekerja.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aryudi A Razaq