Ketua Umum LP Ma'arif PBNU H Zainal Arifin Junaidi mengatakan LP Ma'arif NU tak boleh puas dan berdiam diri dengan keunggulan kualitas yang sudah diraih, tetapi harus ditingkatkan.
Jakarta, NU Online
Saat ini di LP Ma’arif NU PBNU terdata sekitar 21.000 sekolah dan madrasah yang bernaung di bawah LP Ma’arif NU di seluruh Indonesia. Ini merupakan jumlah satuan pendidikan (satpen) swasta terbesar di Indonesia, bahkan dunia. Dari segi kuantitas jelas LP Ma’arif NU unggul. Tapi bagaimana dengan kualitas? Banyak kalangan yang menilai LP Ma’arif NU hanya unggul secara kuantitatif, tapi secara kualitatif ketinggalan jauh dibanding lembaga yang lain.
Ketua LP Ma'arif PBNU H Zainal Arifin Junaidi mengatakan anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Sebab, dua murid putri MTs NU Banat Kudus, Syatta Imityaaz Thuvaila dan Dea Maulina Zukhrufa, berhasil meraih penghargaan tingkat internasional setelah menciptakan Game of Hajj.
"Sebelumnya, murid putri SMK NU Banat Kudus juga memperoleh gelar juara rancangan busana tingkat internasional di Paris. Selain itu masih banyak sekolah di lingkungan LP Ma’arif NU yang menjuarai berbagai lomba, baik tingkat daerah maupun nasional. Ini menunjukkan secara kualitatif satpen LP Ma’arif NU tak bisa diremehkan," kata H Arifin Junaidi saat mengisi Webinar Desain Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran di Era Merdeka, Rabu (31/3).
Namun, menurut Arifin, LP Ma'arif NU tak boleh puas dan berdiam diri dengan keunggulan kualitas. "Jika berdiam diri boleh jadi masa depan tidak di tangan kita. Keunggulan kuantitatif dan kualitatif itu harus memacu kita untuk terus meningkatkan diri. Tantangan hidup dan kehidupan di masa yang akan datang semakin berat," ujarnya.
Hal ini tentu saja membawa implikasi kepada semakin beratnya tugas LP Ma'arif NU yang bergiat di bidang pendidikan dalam menyiapkan generasi yang tidak hanya mampu menjawab tantangan jaman, tapi lebih dari itu generasi yang mampu memberikan tantangan kepada jaman.
"Dalam pendidikan 4.0, dibutuhkan keselarasan antara manusia dan teknologi informasi dalam rangka menemukan solusi yang dapat digunakan dalam memecahkan berbagai persoalan yang timbul, serta dapat menciptakan peluang kreatif dan inovatif untuk memperbaiki sektor kehidupan," ungkapnya.
Ia mengatakan telah banyak pelatihan pendidikan 4.0 untuk membenahi diri dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui revolusi Industri 4.0. Namun, dalam implementasinya masih banyak guru yang kesulitan dalam mengoperasikan teknologi guna menunjang pembelajaran. Pendidikan 4.0 memerlukan tenaga didik yang mengupdate diri baik ekonomi, perkembangan pendidikan 4.0, maupun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Pandemi Covid-19 selain menimbulkan disrupsi di banyak bidang kehidupan juga berpengaruh pada pendidikan 4.0.Tenaga didik maupun peserta didik yang telah memahami dan menguasai teknologi digital, dapat dengan mudah bertransformasi dari pembelajaran konvensional menjadi daring.
"Namun, hal ini menjadi tantangan besar bagi yang sama sekali belum mengetahui atau minim pengetahuannya tentang teknologi digital. Kita mungkin baru menyadari betapa pentingnya penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan terutama saat pandemi," tegasnya.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori