Jakarta, NU Online
Global Unity Forum (GUF) 2016, adalah pertemuan pemuda dan tokoh lintas agama. Diinisiasi oleh PP GP Ansor, digelar di Jakarta, Kamis (12/5).
Forum ini diselenggarakan atas dasar keprihatian GP Ansor melihat terjadinya konflik yang mengatasnamakan agama, yang masih saja terjadi di era ini. Juga merupakan langkah awal PBNU dalam merealisasikan isi Deklarasi NU hasil International Summit of The Moderate Leaders (Isomil).
Baca: http://www.nu.or.id/post/read/68146/soal-perdamaian-dunia-gus-yahya-sebut-islam-moderat-jalan-menuju-cahaya
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, H Yaqut Cholil Coumas (Gus Tutut) dalam pidato sambutan menyampaikan bahwa agama mengandung paradoks, di satu sisi sebagai alat perdamaian, tetapi di sisi lain ada yang menggunakan agama sebagai alat penghancuran.
Sepanjang sejarah, sebut Gus Tutut, nilai-nilai luhur agama telah menjadi inspirasi bagi kemanusiaan dan peradaban. Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa agama dapat digunakan sebagai alat yang efektif bagi sebuah keserakahan dan penaklukan. Sejarah Islam, demikian juga Krisren, menunjukkan bukti dari fakta tersebut.
Peristiwa Rohingnya di Myanmar, dan perilaku Jepang saat terjadi Perang Dunia II, memberikan gambaran bagaimana agama Budha dan Shinto telah digunakan untuk tujuan yang sama. Demikian juga Hindu, pada kasus Mahatma Gandhi, tokoh yang mengajarkan perdamaian di India, dibunuh oleh penganut Hindu garis keras.
Menurut Gus Tutut, konflik atas nama agama berakar dari sifat manusia, dan kecenderungan pemeluk agama melihat diri mereka sebagai kelompok eksklusif, yang berbeda dan lebih unggul dari agama lain.
Jika kita ingin mengakhiri siklus kekerasan primordial atas nama agama, lanjut Gus Tutut, kita harus mengakui, banyak tradisi keagamaan yang mendorong pengikutnya untuk memahami agama secara sempit, dan diskriminasi terhadap orang lain.
Bagian dari masyarakat yang harus dilindungi adalah para pemuda. Adalah tidak mungkin bisa melindungi para pemuda dari ajakan ektremisme dan kekerasan tanpa mengubah persepsi tentang agama itu sendiri.
GUF 2016 menghadirkan pembicara KH Luthfi Thomafi (NU, Indonesia), Aisha Virginia Gray Hanry (Founder dan Director Fons Vitae, Amerika Serikat), Samuel Tadros (Coptic Christian, Senior Fellow at the Hudson Institute’s Center for Religious Freedom)), dan Rabbi Mordechai Avtzon (The Chabad of Hong Kong and China Region).
Ada pun peserta antara lain perwakilan pemuda dari GP Ansor, Pemuda Katolik, Gerakan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah), dan Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi). (Kendi Setiawan/Mukafi Niam)