Gus Baha Jelaskan Rasa Manisnya Iman yang Jarang Diungkap
Senin, 25 November 2019 | 00:00 WIB
“Rasa manisnya iman ini sering disebut dalam hadits. Tetapi hal ini jarang sekali diangkat oleh banyak orang. Padahal ulama dalam syarah-syarah hadits menjelaskan banyak masalah ini,” kata Gus Baha dalam pengajian yang diselenggarakan di Masjid Bayt Al-Qur'an, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Ahad (24/11) siang.
Di hadapan seratus lebih jamaah, Gus Baha mengutip pandangan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam karyanya Fathul Bari yang mensyarahkan kitab hadits Imam Bukhari. Gus Baha mengatakan bahwa manisnya iman yang dirasakan orang yang beriman adalah kenyamanan akal pikiran atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Nanti akan saya bacakan ta’birnya (kutipan teksnya). Orang yang beriman mesti nyaman akal pikirannya. Bayangkan, Nabi Muhammad datang di tengah masyarakat Qurasy, lalu mengatakan bahwa maujudat, alam semesta, atau segala sesuatu yang ada ini diciptakan oleh zat yang gaib. Masyarakat jahiliyah heran, kok barang yang ada diciptakan oleh yang tidak ada? Tetapi bagi orang beriman, hal itu nyaman saja pada akal,” kata Gus Baha.
Ia mengilustrasikan rasa manisnya iman sebagai kenyamanan akal itu seperti kepercayaan seorang pasien terhadap dokter yang dipercaya olehnya. Ketika diberi resep obat, pasien yang benar-benar percaya akan merasa nyaman. Tetapi orang yang tidak percaya akan menyangkal resep tersebut.
“Manisnya iman itu puncaknya iltidzadzan aqliyan, kenyamanan akal karena iltidzadz aqliy dapat merasakan kesempurnaan dan kebaikan sebagaimana riilnya yang dapat mengantarkannya kepada kemaslahatan dan kebaikan dunia dan akhirat,” kata Gus Baha.
Gus Baha di akhir pengajian membaca ta’bir Kitab Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani. Pengajian ini juga dihadiri oleh pendiri Pesantren Bayt Al-Qur’an Prof Quraish Shihab yang menyimak pengajian sejak awal.
Pewarta: Alhafiz Kurniawan