Demak, NU Online
Kebesaran Islam di Indonesia hingga berhasil mendunia tidak lepas dari peran para wali dan ulama yang memberikan tuntunan kepada jamaahnya untuk selalu menghormati dan melestarikan tradisi ajaran yang baik dari generasi sebelumnya melalui tradisi haul (memperingati hari wafat) orang-orang baik yang berjasa mengjarkan Islam kerpada masyarakat.
“Demikian juga masyarakat Islam Indonesia, termasuk Demak bisa tetap eksis berkat peran para wali songo dan ulama masa lalu yang salah tuntunan yang diajarkan adalah nguri-uri tradisi haul seperti sekarang ini,” ujar Gus Muwaffiq di hadapan ribuan umat Islam yang memadati Alun-alun Demak.
Saat menyampaikan taushiyah dalam haul agung ke-517 Kanjeng Sultan Raden Fattah Al-Akbar Sayidin Panotogomo di alun-alun kota Demak Jateng, Kamis (6/2) malam Gus Muwaffiq mengatakan, bangsa yang besar dan kuat saat ini tidak bisa lepas dari kerja keras masyarakatnya di masa lalu.
Menurutnya, melalui tradisi haul inilah masyarakat dikenalkan tentang kebaikan-kebaikan, kegigihan, keuletan, dan ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam.
"Perilaku akhlak mulia para wali dan kiai terdahulu patut kita contoh bagaimana mereka membangun masyarakat sehingga bisa hidup damai dan tenteram, meski berdanpngan dengan orang yang berbeda agama, suku bangsa dan tradisi," tegasnya.
Umat Islam di Jawa kususnya Demak sangat beruntung, karena selain ditinggali dengan tuntunan dan ajaran dalam menjalankan perintah Allah SWT dengan baik juga ditinggali masjid, alun-alun, dan makam-makam auliya ulama yang terawat dengan baik sehingga bisa menjadi pengingat dan teladan dalam menjalani hidup.
Melalui bimbingan para kiai itulah lanjutnya, umat Islam Indonesia mengetahui bahwa keberadaanya di tengah-tengah masyarakat tidak eksis secara tiba-tiba atau mendadak, tetapi melalui proses yang panjang dan tidak sembarangan.
"Dengan mengetahui masa lalunya yang diajarkan para guru dan kiai umat Islam Indonersia selalu siap dalam menghadapi berbagai keadaaan perubahan, tidak kagetan seperti orang lain yang mengabaikan masa lalu," tuturnya.
“Dengan memahami masa lalu itu pula umat Islam dijauhkan dari sikap rasis, keberadaan Jabal Rahmah di Arab yang mengingatkan tentang kisah pertemuan Nabi Adam dan Hawa saat turun ke dunia menyadarkan bahwa semua manusia itu berasal dari kakek dan nenek yang satu, sehingga semestinya harus bersaudara dan tidak perlu bermusuhan,” imbuhnya.
Berkat ajaran dan tuntunan para ulama yang dengan sabar ngemong jamaah. Bangsa Eropa atau barat kenapa memiliki sikap rasis, karena mereka tidak dikenalkan tentang masa lalu, sehingga kaget ketika menghadapi sesuatu yang baru.
"Mereka tidak mengenal sejarah Jabal Rahmah, sehingga ketika melihat manusia lain yang berbeda warna kulit menjadi terkaget-kaget dan yang tidak sama langsung dianggap musuh," ungkapnya.
Menurutnya, hal itu tidak terjadi di lingkungan umat Islam, selain ajaran Islam tidak mengenal rasisme juga memiliki penanda asal usulnya yakni Jabal Rahmah .
"Demikian juga penanda-penada di Demak seperti masjid agung, alun-alun dan sejumlah makam auliya juga dapat dijadikan penanda serta pengingat bahwa di masa lalu di Demak terdapat tokoh atau figur yang ulet dalam berdakwah sehingga menjadikan agama Islam dapat diterima dengan baik, tanpa harus bermusuhan dengan pihak yang berbeda keyakinan," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz