Jakarta, NU Online
Di era modern saat ini, semua orang bisa memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi untuk mencari ilmu. Dengan mudah masyarakat bisa mengakses ilmu pengetahuan di manapun dan kapanpun melalui keberadaan teknologi internet dan media sosial.
Kemudahan yang ada ini ternyata berdampak kepada kualitas dan kebenaran keilmuan yang didapat oleh masyarakat. Di samping karena faktor kurang selektifnya pengguna internet dalam memilih ilmu mana yang valid yang bertebaran di internet, tidak adanya sanad atau silsilah dan guru juga mempengaruhi kualitas dan pola pikir masyarakat. Terlebih hubungannya dengan ilmu-ilmu agama.
Terkait dengan sanad ilmu agama ini, KH Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) dari Pesantren Lirboyo menegaskan bahwa pentingnya sanad dalam belajar agama adalah ilmu yang didapatkan bisa dipertanggungjawabkan. Ilmu tanpa sanad adalah sangat berbahaya.
“Kalau tidak ada sanad dalam keilmuan, maka orang yang mengatakan sesuatu, dia akan berkata sesuka hatinya,” tegasnya dalam video yang diunggah di Kanal Youtube NU Online, Sabtu (14/5/2022).
“Sanad ini (diibaratkan) adalah rel, yang harus kita lewati. Jangan terus kemudian lepas dari rel tersebut. Ini pentingnya sanad,” imbuhnya.
Dengan belajar agama melalui sanad maka seseorang juga sudah mengamalkan sebuah hadits nabi yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah kota ilmu dan barang siapa yang ingin memasuki kota maka dia harus melewati pintu.
“Ketika kalian memasuki satu ruangan, memasuki satu rumah dan tidak melewati pintu, tapi masuk melalui jendela atau melalui genteng, itu kira-kira siapa orang yang melakukan itu? Pencuri,” tegasnya.
Kemudian ditanya mengenai kenapa belajar ilmu agama harus di pesantren, Gus Reza menjelaskan bahwa pesantren merupakan satu dari dua manhaj besar dalam mencari ilmu selain madrasah. Ketika seseorang belajar agama dengan benar di pesantren yang jelas sanad keilmuan dari pengasuhnya, maka keilmuannya pun akan jelas silsilahnya serta menyambung sampai dengan Rasulullah saw.
“Sanad ini adalah min khasaisi hadzihil ummah (kekhususan dari ummat) Nabi Muhammad saw),” katanya.
Dengan silsilah keilmuan yang jelas maka seseorang tidak akan lepas mata rantai sanad dengan gurunya. Jika ilmu tidak bersanad, lebih-lebih jika tanpa didampingi orang atau guru yang benar-benar alim, maka gurunya adalah setan.
“Barang siapa yang mempelajari sesuatu tanpa guru, maka gurunya adalah setan,” tegas putra KH Imam yahya Mahrus ini mengutip sebuah maqalah ulama yang sangat masyhur.
Gus Reza pun mengingatkan bagi mereka yang sudah berumur namun ingin belajar agama di sebuah majelis taklim, maka ia juga harus benar-benar mengetahui silsilah keilmuan dari guru atau ustadz yang mengasuh majelis tersebut.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan