Nasional

Habib Umar: Islam Menolak Fanatisme Agama

Sabtu, 13 Oktober 2018 | 07:50 WIB

Jakarta, NU Online
Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz menegaskan bahwa agama Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk menolak fanatisme dalam beragama. Hal itu dicontohkan langsung oleh Al-Qur’an dalam saat Al-Qur’an hanya menyebut nama Nabi Muhammad SAW sebanyak empat kali sementara Al-Qur’an menyebut nama Nabi Isa AS sebanyak belasan kali.

“Kami menemukan dalam Al-Qur'an bahwa sebutan Nabi Muhammad SAW hanya empat kali, sementara sebutan untuk Nabi Isa AS adalah belasan kali. Ini adalah bentuk penolakan Islam terhadap fanatisme,” kata Habib Umar bin Hafiz dalam forum Dialog Peradaban Lintas Agama, di Jakarta, Sabtu (13/10).

Di dalam Al-Qur’an penyebutan kata Muhammad terdapat pada empat ayat yakni Surat Al-Imron ayat 144, Surat Al-Ahzab ayat 40, Surah Muhammad Ayat 2 dan Surat Al-Hujurat ayat 29. Semetara nama Nabi Isa disebut hingga 16 kali, dua kali di Surat Al-Baqoroh ayat 87 dan 253, empat kali di Surat Al-Imron 45, 52, 55 dan 59, dua kali di dalam Surat Annisa ayat 157 dan 171, empat kali dalam surat Al-Ma’idah ayat 110, 112, 114 dan 116, satu kali dalam Surat Maryam ayat 34, satu kali dalam Surat Az-Zukhruf  ayat 63, dan dua kali dalam Surat As-Saf ayat 6 dan 14. 

Habib umar juga mengatakan bahwa satu-satunya nama perempuan yang disebut di dalam Al-Qur’an adalah nama Siti Maryam, ibu dari Nabi Isa. Nama siti Maryam, bahkan disebut dalam Al-Quran sebanyak 30 kali, sementara tidak sekalipun Al-Qur’an menyebut nama ibu Nabi Muhammad Siti Aminah Azzahrah. 

Habib Umar hadir sebagai pembicara dalam Dialog Peradaban Lintas Agama tersebut bersama Romo Magnis Suseno, Pendeta Martin Sinaga, Bikku Dhammasubo, Rais Syuriah PBNU KH Musthofa Aqil Siraj.

Kegiatan Dialog Peradaban Lintas Agama ini diselenggarakan oleh kerja bareng antara Majelis Syuriah PBNU, Majelis Muwasholah dan Majelis Dzikir Hubbul Wathon. 

Wasekjend PBNU dan Sekjend Majelis Dzikir Hubbul Wathon Hery Haryanto Azumi menyebut Kegiatan ini dilatari oleh keprihatinan atas terjadinya krisis di seluruh dunia yang memerlukan keterlibatan para tokoh dan pemuka lintas agama untuk merancang upaya penyelesaian atas krisis yang terjadi.

“Kita perlu merancang kebersamaan antara elemen-elemen bangsa sebagai syarat mutlak terwujudnya perdamaian yang lebih permanen,” kata Hery.

Dalam acara tampak sejumlah tokoh dari berbagai agama, baik Islam, Katolik, Kristen, Budha, dan Konghucu. Ada pula elemen akademisi dan sejumlah aktivis NGO yang hadir dalam forum tersebut. (Ahmad Rozali)


Terkait