Kaleidoskop 2025: Jejak Kelam Bencana Ekologis dan Dampaknya di Aceh, Sumut, dan Sumbar
Senin, 29 Desember 2025 | 07:00 WIB
Lautan kayu gelondongan di Aceh Tamiang yang terbawa banjir bandang akhir November 2025 lalu. (Foto: NU Online/Helmi Abu Bakar)
Jakarta, NU Online
Sepanjang akhir November hingga Desember 2025, bencana ekologis berupa banjir bandang dan longsor menghantam sejumlah wilayah di Sumatra dan Aceh. Rentetan bencana ini menelan ribuan korban jiwa, ratusan orang hilang, serta memaksa ratusan ribu warga mengungsi akibat rumah rusak, hanyut, atau terendam banjir.
Di Kota Sibolga, Sumatra Utara, bencana yang terjadi pada 8 Desember 2025 mengakibatkan 53 orang meninggal, 2 orang hilang, dan 67 orang luka-luka. Sementara di Kota Medan, banjir pada 27 Desember 2025 mencatat 365 korban meninggal, 60 orang hilang, serta 10.354 warga mengungsi.
Bencana juga meluas di Sumatra Barat, meliputi 16 kabupaten/kota, 57 kecamatan, dan 198 kelurahan. Korban meninggal tercatat 262 orang (233 teridentifikasi dan 29 belum), 72 orang hilang, 382 orang luka-luka, serta 9.635 pengungsi. Jumlah warga terdampak diperkirakan mencapai 296.307 orang.
Kerusakan rumah di Sumatra Barat sangat signifikan, dengan 249 rumah rusak ringan, 133 rusak sedang, 259 rusak berat, 40.958 rumah terendam, dan 83 rumah hanyut. BNPB juga mencatat total 12.323 rumah rusak dari berbagai kategori.
Hingga 21 Desember 2025, data kerusakan terus bertambah. Di Kecamatan Kota Tangah, tercatat 731 rumah rusak. Kecamatan Pauh mencatat 595 rumah rusak, sementara Kecamatan Nanggalo mencapai 4.117 rumah rusak. Adapun di Kecamatan Kuranji, tercatat 85 rumah rusak dan hanyut.
Di Kabupaten Aceh Tamiang, banjir pada 27 Desember 2025 menyebabkan 88 orang meninggal, 18 luka-luka, dan 115.062 warga mengungsi. Sementara di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, tercatat 127 orang meninggal, 37 orang hilang, dan 11 orang luka-luka, dengan total 296.453 warga terdampak dan 4.161 pengungsi di 517 titik.
Tiga pekan pascabencana, satu korban bernama Joni Martua Pandangan (58), warga Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sitahuis, ditemukan meninggal tertimbun tanah, pohon, dan batu.
Kisah Duka Para Korban
Bencana juga merenggut nyawa kalangan akademisi. Roni Saputra (42), dosen Fakultas Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Sumatra Barat, meninggal akibat banjir. Hingga kini, satu anaknya masih dinyatakan hilang.
Kesaksian pilu datang dari Fadhillah Putri Marbun, warga Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru. Ia menyebut hampir seluruh rumah di desanya hanyut diterjang banjir.
“Kondisi rumah saya tidak ada lagi, hanya lantainya saja. Hampir 99 persen rumah di Desa Garoga hanyut semuanya,” ujarnya.
Sementara Rahayu Nengsyih, warga Kelurahan Kampung Lapai, Kecamatan Nanggalo Ujung Tanjung, Sumatra Barat, mengaku menderita ISPA selama berada di posko pengungsian akibat bau lumpur menyengat dan kualitas udara yang buruk.
Di tempat lain, Nurhaidah Nasution, warga Dusun Benteng Hapesong Baru, Desa Batangtoru, tak kuasa menahan air mata saat peletakan batu pertama pembangunan hunian tetap pada 21 Desember 2025. Seluruh rumah dan harta bendanya hanyut terbawa banjir.
Pemerintah berencana membangun 277 unit rumah di lahan PTPN IV seluas 5 hektare untuk warga terdampak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batangtoru.
Pengungsi Terserang Penyakit
Selain korban jiwa dan kerusakan fisik, bencana memicu krisis kesehatan. Di Aceh Tamiang, pengungsi mengalami 451 kasus ISPA, 318 penyakit kulit, 154 diare akut, dan 34 kasus ILI.
Di Sumatra Utara, tercatat 15.687 kasus penyakit kulit, 12.693 ISPA, 2.424 diare, 991 ILI, 636 dugaan tifoid, 266 malaria, dan 12 dugaan dengue. Wilayah terdampak meliputi Tapanuli Tengah, Langkat, Deli Serdang, Medan, dan Tapanuli Selatan.
Sementara di Sumatra Barat, pada periode 25-29 November 2025, tercatat 376 kasus demam disertai keluhan ISPA, gangguan pencernaan, hipertensi, luka-luka, hingga asma.
Imbauan PHBS dan Kewaspadaan Lanjutan
Pemerintah dan tenaga kesehatan mengimbau para pengungsi menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mencegah penyebaran penyakit.
Langkah yang dianjurkan antara lain mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengonsumsi makanan matang dan air bersih, serta segera memeriksakan diri ke pos kesehatan jika mengalami gejala penyakit.
Hingga akhir Desember 2025, hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi. Banjir susulan dilaporkan kembali melanda Padang, Padang Pariaman, dan Agam, menyebabkan sejumlah rumah kembali hanyut akibat luapan Sungai Batang Anai. Pemerintah dan masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi bencana lanjutan.