Sekretaris LD PBNU KH Bukhori Muslim saat pembukaan MKNU di Pesantren Motivasi Indonesia, Cinyosog, Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Jumat (14/2). (Foto: NU Online/Aru)
Nahdlatul Ulama semakin digemari oleh banyak kalangan. Bahkan, orang-orang di hampir seluruh dunia kagum terhadap keberadaan, kiprah, dan kontribusi NU selama ini.
Hal tersebut dikatakan oleh Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Bukhori Muslim, saat sambutan dalam pembukaan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU), di Pesantren Motivasi Indonesia, Cinyosog, Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Jumat (14/2) malam.
"Di tengah kekaguman orang banyak kepada NU, ada banyak orang perkotaan yang bertanya, apakah kalau saya tidak ikut NU maka tidak masuk surga. Lalu ada juga yang bertanya, kenapa saya harus ber-NU. Ini pertanyaan menarik dan kita seperti dipaksa untuk bisa memberikan jawaban," jelas Kiai Bukhori.
Pertanyaan-pertanyaan itu, menurut dia, harus bisa dijawab oleh pengurus NU. Sementara jawaban itu hanya bisa didapatkan jika mengikuti agenda kaderisasi yang bernama MKNU.
"Jadi, jangan sampai kita selama ini yang berani melawan Wahabi tapi rupanya kita tidak punya argumentasi yang matang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu," tandasnya.
Menurut Kiai Bukhori, pertanyaan itu dilontarkan juga oleh umat Islam yang Al-Qur’an, hadits, dan kiblatnya sama. Maka, hasil dari MKNU ini nantinya dapat secara otomatis menemukan dan memberikan jawaban dengan argumentasi yang baik.
"Nanti kita akan tahu bagaimana posisi NU di dunia politik, ekonomi, dan akidah kita seperti apa," katanya.
Ia bercerita, saat Gus Baha’ hadir di PBNU lalu ke ruang LD PBNU, ia mengajukan sebuah pernyataan bahwa sebenarnya KH M Hasyim Asy'ari menempatkan empat mazhab dalam ketentuan fiqih yang dianut oleh warga NU.
"Pertanyaannya adalah apakah kalau ada orang NU tidak qunut subuh, NU atau tidak. Saya kemudian tanya lagi, kalau orang NU tidak tahlilan, apakah NU atau bukan. Ini kan pertanyaan kelas tinggi," kata Kiai Bukhori berkelakar, disambut tawa oleh 150 peserta MKNU yang hadir.
Sebab, lanjutnya, persoalan akidah bagi warga NU sudah final. Tetapi dalam fiqih merupakan urusan khilafiyah yang membuka ruang untuk perdebatan.
"Karena dalam fiqih itu madzhab Syafi’i memakai qunut. Tetapi madzhab Maliki tidak. Nah, kalau ada orang NU bermazhab Maliki dan tidak qunut boleh atau tidak. Inilah pelajaran penting yang mengharuskan kita untuk membaca," jelas Kiai Bukhori.
Pertanyaan itu, pernah disampaikan oleh Kiai Bukhori kepada Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar. Maka, MKNU merupakan jawaban bagi para pengurus NU di semua tingkatan, supaya memiliki argumentasi yang kuat.
"Itulah kenapa kita harus ikut MKNU. Ada banyak hal yang kita pelajari, kenapa kita harus berubah karena harus mengikuti perkembangan zaman. Itu akan kita dapatkan dan kita harus bangga karena semua orang kagum sama NU," pungkasnya.
Hadir pula Kepala MKNU KH Sulthonul Huda, Ketua LD PBNU KH Agus Salim, dan Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini.
Editor: Musthofa Asrori