Jakarta, NU Online
Para jamaah haji Indonesia diimbau mewaspadai kondisi panas ekstrem yang terjadi di Arab Saudi. Tercatat saat ini suhu tertinggi pada siang hari 44 derajat celsius. Kondisi tersebut tergolong ekstrem bagi warga Indonesia.
Baca Juga
Ini Larangan-larangan dalam Ibadah Haji
Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) dr M Zulfikar As’ad membagikan lima tips bagi jamaah haji Indonesia untuk mengantisipasi cuaca panas ekstrem selama beribadah di Tanah Suci.
Pertama, memperbanyak minum air putih. Dokter yang akrab disapa Gus Ufik ini mengimbau jamaah agar tidak menunggu haus untuk minum. Pasalnya, cuaca panas yang diprediksi bakal terjadi di puncak musim haji ini bisa berdampak pada kesehatan jamaah apabila tidak diwaspadai dari awal dengan memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
“Harus minum yang banyak,” terang Gus Ufik saat dihubungi NU Online, Rabu (8/6/2022).
Baca Juga
Inilah Sunnah-sunnah Ibadah Haji
Kedua, memperbanyak konsumsi buah. Buah-buahan yang baik dikonsumsi saat cuaca panas terik, sambung Gus Ufik, adalah buah yang kaya akan air. Buah yang mengandung air tinggi bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, di samping minum air putih.
“Perbanyak juga makan buah-buahan yang mengandung air,” ujar Dewan Pengasuh Pesantren Darul Ulum Peterongan, Jombang, Jawa Timur tersebut.
Adapun buah-buahan yang mengandung banyak air yakni semangka, melon, jeruk, dan stroberi.
Ketiga, mengatur waktu dengan baik. Gus Ufik berujar, tak sedikit jemaah yang berpikir untuk bisa beribadah di Tanah Suci dengan maksimal. Saat berhaji, jamaah sebaiknya memperhatikan kondisi fisik dan lingkungan. Hal ini supaya kesehatan jamaah tetap terjaga selama menjalani rangkaian ibadah hingga akhir.
Atur waktu
Gus Ufik mengatakan, jamaah haji harus pandai mengatur waktu. “Jangan mentang-mentang karena sedang berhaji kemudian merasa tidak mengenal waktu dalam beribadah. Harus bisa me-manage waktu sesuai kemampuan fisik kita,” terangnya.
“Sebisa mungkin waktu panas ini kita antisipasi dengan menentukan kapan waktu yang paling nyaman untuk beribadah,” tambah Gus Ufik.
Keempat, meminta pendampingan petugas kesehatan saat sakit. Gus Ufik berpesan utamanya kepada jamaah yang memiliki komorbid (penyakit bawaan) untuk memperhatikan kondisi fisik.
“Utamanya mereka yang punya hipertensi. Saya yakin setiap kloter ada tim kesehatan. Tolong dimanfaatkan sebaik-baiknya,” jelas putra Almaghfurlah KH As’ad Umar Jombang ini.
Dokter kelahiran 26 Februari 1964 ini mengimbau jamaah untuk tidak sungkan meminta pendampingan kepada petugas kesehatan saat merasa kondisi tubuh sedang kurang fit.
“Mau periksa tensi dan sebagainya ini sangat penting. Karena tidak terasa beribadah tahu-tahu capek, ini harus diantisipasi betul,” tambahnya.
Kelima, menggunakan alat pelindung diri. Jamaah haji Indonesia yang tidak terbiasa dengan suhu panas di Arab Saudi diminta untuk mengenakan alat pelindung diri seperti kacamata, payung, tabir surya, maupun semprotan air.
“Dengan semprotan air kalau memang terasa panas itu bisa dibawa untuk menyegarkan agar tidak terlalu panas. Usahakan tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung,” ungkapnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori