LP Ma'arif PBNU Tekankan Pentingnya Elemen Spiritual dalam Sistem Pendidikan
Ahad, 12 Januari 2025 | 07:00 WIB
Sekretaris LP Maarif PBNU Harianto Oghie saat sambutan dalam Rakerdin LP Maarif PWNU Jawa Tengah di Pendopo Kendal, Sabtu (11/1/2025). (Foto: Asrofi)
Kendal, NU Online
Sekretaris Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Harianto Oghie menekankan pentingnya elemen spiritual dalam sistem pendidikan, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU).
Hal ini disampaikan Oghie dalam Rapat Kerja Dinas (Rakerdin) LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah yang berlangsung di Pendopo Kendal, pada Sabtu (11/1/2024).
"Saya yakin yang menjadikan proses pendidikan adalah elemen-elemen spiritual. Tanpa dimensi-dimensi itu lembaga pendidikan formal maupun pondok pesantren tidak akan ada dan kita lakoni bersama," ujar Oghie.
Ia juga mengingatkan bahwa NU telah meletakkan dasar elemen-elemen spiritual dalam pengembangan pendidikan, jauh sebelum adanya regulasi pendidikan nasional.
"Karena saya mengenal betul lembaga satuan Pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama sebelum ada regulasi terkait dengan pendidikan nasional, NU sudah meletakkan dasar elemen-elemen spiritualnya untuk mengembangkan pendidikan," jelasnya.
Namun, Oghie mengungkapkan keprihatinannya terhadap generasi saat ini yang jarang mengangkat ajaran para pendiri Nahdlatul Ulama sebagai inspirasi dalam dunia pendidikan.
"Sayangnya di generasi sekarang jarang melahirkan dan mengambil sari-sari dan quote-quote dari muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama dijadikan sebagai slogan dalam memberi motivasi, teladan, contoh kepada anak didik. Kita ini senangnya ambil dari medsos sehingga nilai-nilai karakter tidak pernah tercapai dengan baik," tambahnya.
Tantangan transformasi digital
Menurut Oghie, salah satu tantangan besar dalam era transformasi digital adalah pembentukan karakter anak didik. Karena itu, ia mendorong kreativitas dan inovasi dari para guru, terutama guru agama, Pendidikan Agama Islam (PAI), dan guru sejarah di satuan pendidikan Ma'arif NU.
"Saya membutuhkan kreativitas dan inovasi dari para guru. Apalagi guru agama, guru PAI, guru sejarah di satuan Pendidikan Ma'arif NU bisa melahirkan quote-quote yang bisa menjadi nilai-nilai karakter pendidikan Nahdlatul Ulama," ujarnya.
Ia juga menegaskan keunggulan sistem pendidikan NU yang berbasis pada elemen spiritual, bukan sekadar regulasi.
"Ini keunggulan Nahdliyin (dalam) mengelola pendidikan. Karena lahirnya proses satuan pendidikan formal dan nonformal didasari pada dimensi dan elemen-elemen spiritual. Lahirnya dari situ, bukan dari sebuah regulasi," tegas Oghie.
Memanfaatkan nilai-nilai tokoh NU
Oghie mendorong para pendidik untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tokoh NU KH Hasyim Asy'ari melalui slogan dan kutipan yang relevan.
"Nilai-nilai baik inilah mari kita ambil. Kita selalu menggunakan kaidah fiqih al-muhafadzhatu 'ala qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah dan seterusnya, tetapi kita tidak pernah mengambil nilai-nilai itu. Boleh kita cemburu kepada tetangga kita. Hari ini Kemendikbud mendeklarasikan quote-nya Ki Hadjar Dewantara dan Kiai Ahmad Dahlan. Mana quote-nya KH Hasyim Asy'ari terkait dengan pendidikan?" tantangnya.
Ia berharap, peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama dapat menjadi momentum untuk memunculkan slogan-slogan pendidikan berbasis nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.
"Lembaga pendidikan bisa menampilkan quote-quote tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama. Pemikiran-pemikiran mereka banyak yang bisa menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan. Itu ditarik dalam slogan-slogan yang bisa menjadi timeline di satuan pendidikan," katanya.
Dalam kesempatan itu, Oghie juga menyinggung isu kesejahteraan guru, khususnya terkait afirmasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Ia memastikan bahwa guru Ma'arif yang lulus PPPK tetap akan mendukung lembaga pendidikan di bawah naungan Ma'arif.
"Insyaallah tahun ini lulus PPPK tidak akan meninggalkan lembaga pendidikan Ma'arif lagi. Jadi jangan ada surat lagi guru Ma'arif dilarang mendaftar PPPK. Ini bukan persoalan pendekatan kapital, tapi inilah pendekatan untuk menyejahterakan guru-guru Ma'arif," tegasnya.
Dengan berbagai tantangan dan peluang tersebut, Harianto Oghie berharap pendidikan Nahdlatul Ulama semakin mampu menanamkan karakter dan nilai-nilai spiritual yang kuat di kalangan peserta didik.