Jakarta, NU Online
Cendekiawan Muslim Indonesia, HM Prof Quraish Shihab mengungkapkan moderasi memiliki beberapa pengertian, di antaranya yakni sesuatu yang mengantar pelakunya melakukan aktivitas yang tidak melanggar ketentuan atau norma-norma yang berlaku. Orang yang moderat mengantar seseorang melakukan aktivitas yang tidak menyimpang.
Baca Juga
Quraish Shihab dan Islam Nusantara
“Islam menuntut bukan sekedar menghindar dari yang negatif tapi justru melakukan hal-hal yang positif, sehingga kita dituntut untuk beramal sholih dan beriman,” tuturnya dalam tayangan Youtube Quraish Shihab, Jum’at (18/11/2022).
Menurutnya, ada lagi yang mengartikan moderat sebagai jalan tengah yang pelakunya dinamai penengah. Namun jelasnya, tengah-tengah tidak selalu yang terbaik, sehingga masih termasuk kabur dalam pemaknaan moderasi.
Sehingga Prof Quraish menuturkan, jika merujuk pada Al Qur’an ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan tuntunan Islam berkaitan dengan upaya untuk mencari titik temu itu yakni wasathiyah. Wasath lanjutnya adalah sesuatu yang berada di tengah dua ujung dan sesuatu itu bagian dari keduanya. Ada ulama yang menyebut wasathiyah sebagai sirathal mustaqim. Dari segi bahasa sirath adalah jalan yang lebar, mustaqim adalah lurus.
“Sehingga seakan-akan yang berjalan di jalan itu sedemikian kecil dan dapat ditelan oleh jalan. Sirath itu begitu lebar sehingga seakan-akan dapat menelan pejalannya. Dalam artian, mereka tidak berdesak-desakan, mereka bisa berjalan seiring walaupun berbeda-beda. Ini bisa kita kaitkan dengan wawasan beragama dalam masyarakat multikultural,” tuturnya.
Ia melanjutkan, banyak sekali budaya di Indonesia yang berbeda-beda namun semuanya dapat ditampung bagi yang melaksanakan moderasi, wasathiyah, atau sirathal mustaqim. Sehingga ia mengingatkan agar masyarakat tidak perlu bertengkar karena jalan begitu lebar yang mengantarkan ke surga.
Ia melanjutkan, Allah menuntun melalui kitab sucinya siapa yang benar-benar mengikuti tuntunannya menuju ke jalan-jalan kedamaian. Umat Islam bisa berbeda-beda, namun jika ingin berjalan sirathal mustaqim maka semuanya harus menelusuri jalan yang berbeda tetapi diwarnai oleh kedamaian.
“Ada istilah lain yakni as sadad yang artinya tepat, tidak hanya sekedar benar. Seperti tepat waktunya, tepat caranya, tepat kandungannya, tepat sasarannya. Jadi wasathiyah juga as sadad adalah mencari yang benar serta melakukannya di tempat dan waktu yang benar,” ujarnya.
Prof Quraish juga mengungkapkan tiga syarat mutlak untuk melahirkan moderasi, pertama pengetahuan yang luas. Kedua memelihara dan mengendalikan emosi. Ketiga kehati-hatian, karena setan selalu menggoda untuk melebihkan atau mengurangi.
Hal yang sama juga disebutkan dalam buku Moderasi Beragama yang diterbitkan Kementerian Agama RI, bahwa ketiga syarat moderasi tersebut bisa diungkapkan dalam tiga kata yakni harus berilmu, berbudi dan berhati-hati.
“Jika dielaborasi lebih lanjut maka kita dapat mengidentifikasi beberapa sifat lain yang harus dimiliki sebagai pra syarat moderasi beragama, seperti keharusan memiliki pengetahuan yang komprehensif terkait ritual ibadah,” tulisnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Muhammad Faizin