Muktamar Pemikiran NU Tampung Gagasan Antargenerasi untuk Solusi Masyarakat Masa Depan
Kamis, 30 November 2023 | 19:15 WIB
Anggota SC Muktamar Pemikiran NU Ahmad Suaedy dalam konferensi pers di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Kamis (30/11/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Suaedy menyampaikan bahwa agenda Muktamar Pemikiran NU 2023 akan menampung gagasan antargenerasi untuk menemukan solusi atas permasalahan-permasalahan baru yang terjadi dalam masyarakat di masa depan.
Hal itu disampaikan Suaedy dalam konferensi pers di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Kamis (30/11/2023). Muktamar Pemikiran NU akan digelar di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada Jumat-Ahad, 1-3 Desember 2023.
Menurut Suaedy, secara umum permasalahan di masyarakat sudah terselesaikan. Misalnya, permasalahan ideologi Pancasila yang muncul pada akhir abad ke-20. Saat itu, permasalahan ini diselesaikan dengan model pemimpin sekuler-otoritarian untuk menegakkan nilai-nilai ideologis.
Namun, sejak awal abad ke-21, permasalahan ini dapat terselesaikan dengan gerakan Islam sipil, antara lain NU dan Muhammadiyah. Pada abad ke-21 juga, masyarakat mengalami banyak pergeseran yang pada akhirnya memunculkan masalah-masalah baru.
"Saya kira ada tiga faktor besar yang mengakibatkan perubahan ini. Pertama, faktor teknologi informasi dan digitalisasi," kata Suaedy, salah seorang anggota Panitia Pengarah (Steering Committee) Muktamar Pemikiran NU 2023.
Ia menjabarkan bahwa di era revolusi 5.0, masyarakat dan teknologi sudah menjadi satu kesatuan dan tidak lagi berjarak. Hal ini juga akan menjadi salah satu topik yang akan dibahas dalam Muktamar Pemikiran NU.
Faktor kedua yang mengakibatkan perubahan di masyarakat adalah soal perubahan geopolitik, baik di level internasional maupun di tingkat regional.
“Kita tahu ada perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Palestina sebagai perubahan geopolitik global. Perubahan geopolitik juga terjadi di wilayah regional seperti Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, seperti pemekaran Papua menjadi enam provinsi,” jelas Suaedy.
Faktor ketiga, menurut Suaedi, adalah perubahan demografi yang disebabkan oleh pergeseran manusia ke wilayah-wilayah tertentu. Salah satunya terjadi di Papua saat ini, yakni ketika hampir di setiap wilayah terdapat banyak pendatang dari luar Papua.
“Nah, NU akan memfasilitasi para peserta muktamar untuk mengeksplorasi lebih jauh permasalahan-permasalahan yang terkait dengan ketiga faktor di atas. Persoalan radikalisme dan ekstremisme tidak lagi menjadi fokus utama dalam Muktamar Pemikiran NU karena saat ini agenda yang dibahas lebih menitikberatkan kepada masyarakat itu sendiri,” jelasnya.
Muktamar Pemikiran NU mengusung tema Imagining Future Society dan akan dihadiri oleh sekitar 800 peserta yang sebelumnya telah mendaftar secara online. Agenda ini digelar secara terbuka dan dikemas dengan santai tanpa sedikit pun mengurangi substansi keilmuan di dalamnya.
“Hasil Muktamar Pemikiran nantinya akan direfleksikan dan diharapkan dapat melahirkan gagasan-gagasan sebagai dasar menghadapi permasalahan masyarakat di masa depan,” pungkas Suaedy.