Nuzulul Qur'an, Prof Quraish Shihab: Al-Qur’an Bukan Diturunkan Lebih Tepatnya Ditampakkan
Jumat, 7 April 2023 | 17:45 WIB
Jakarta, NU Online
Cendekiawan Muslim Indonesia Prof Muhammad Quraish Shihab memaknai Nuzulul Qur’an yang sering dikenal dengan turunnya Al-Qur’an, namun lebih bisa dimaknai dengan ditampakkannya Al-Qur’an.
“Nuzulul Qur’an biasa diterjemahkan turunnya Al-Qur’an. Tapi hakikatnya sesuatu yang turun adalah semula berada di atas kemudian di bawah. Firman-firman Allah tidaklah mengenal waktu dan tempat, tidak membutuhkan waktu dan tempat. Sehingga ketika berkata Al-Qur’an diturunkan Allah, maka itu sebenarnya dinampakkan,” tuturnya dalam Chanel Youtube KBRI Wellington, yang diakses NU Online, Jumat (7/4/2023).
Artinya, lanjut Prof Quraish, Al-Qur’an turun yang awalnya tidak diketahui manusia, kemudian pada malam lailatul qadar Allah menurunkan sekaligus ke langit dunia. Setelah itu menurunkannya sedikit demi sedikit dalam masa 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, itu dilihat dari sejak masa Nabi menerima wahyu iqra’ sampai masa Nabi sebelum wafat.
Al-Qur'an bacaan sempurna
Penulis Tafsir Al-Misbah itu menuturkan bahwa Al-Qur’an adalah bacaan yang sempurna. Banyak sekali hal-hal yang dapat dijadikan bukti kesempurnaannya.
“Tidak ada suatu bacaan yang dibaca dengan penuh hormat oleh yang mengerti artinya dan yang tidak mengerti artinya kecuali Al-Qur’an. Anehnya yang paling pandai membaca dalam musabaqah-musabaqah tilawatil Qur’an justru orang yang tidak paham maknanya. Tidak ada suatu bacaan yang dihafalkan bahkan oleh anak-anak umur 10 tahun dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas bahkan dapat menghafalnya dari belakang menuju ke depan. Ini karena Al-Qur’an adalah bacaan yang sempurna,” jelasnya.
Menurut pendiri Pusat Studi Al-Qur'an itu, tidak ada bacaan yang dihitung kosa katanya bahkan dihitung huruf-hurufnya, yang diketahui kapan turunnya, masa turunnya, sebab turunnya, seperti Al Qur’an. Tidak ada suatu bacaan yang ditafsirkan di dalam penafsiran yang beraneka ragam dan dengan metode yang bermacam-macam seperti Al-Qur’an. Serta tidak ada suatu bacaan yang dihimpun kesan-kesannya oleh para pakar kecuali Al Qur’an, dan masih banyak lainnya.
Menurut Prof Quraish, Al-Qur’an memiliki kandungan isi yang garis besarnya ada 3 hal. Yang pertama kandungan Al Qur’an merupakan tujuan kehadirannya yang mengharapkan kita dapat mencapai tujuan itu. Tiga tujuan tersebut adalah akidah atau kepercayaan, syariat atau tata cara berhubungan dengan Tuhan dan sesama, serta akhlak.
“Jangan kita membutuhkan akhlak karena makhluk sosial, kalaupun seseorang berada sendirian di hutan belantara tetap membutuhkan akhlak. Karena akhlak yang diajarkan oleh Islam tidak hanya kepada sesama manusia tapi juga Tuhan. Untuk mencapai tiga tujuan itu Al-Qur’an menempuh empat cara, yakni mengajak manusia memperhatikan alam raya, mengajak manusia memperhatikan dirinya, mengajak untuk menarik pelajaran dari umat-umat terdahulu, dan memberi janji serta ancaman,” tuturnya.
Kedua, bukti-bukti kebenaran Al Qur’an. Ada bukti kebenaran yang tidak mungkin disampaikan oleh orang yang tidak pandai membaca dan menulis, bahkan tidak mungkin itu disampaikan walaupun oleh mereka yang telah memiliki pengetahuan mendalam.
“Ketiga, kata-katanya sangat kaya makna. Setiap kata memiliki makna yang bisa berbeda-beda orang memahaminya. Jika memandang Al-Qur’an dari satu sudut maka akan memancarkan cahaya yang berbeda dari posisi yang lain,” jelasnya.
Prof Quraish menjelaskan, Allah mengatur makna yang berbeda supaya masyarakat dapat meraih Al-Qur’an sesuai perkembangan masyarakat. Karena Al-Qur’an tidak hanya ditujukan pada masyarakat zaman Nabi tapi seluruh umat Islam.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad