Santri Annajah Ingin Pendiri NU Tersenyum dengan Sisihkan Koin untuk Muktamar
Senin, 17 Februari 2020 | 21:51 WIB
Para santri Annajah ketika hendak menyisihkan uang jajan untuk Koin Muktamar (Foto: NU Online/Ach. Khalilurrahman)
Ainul Yaqin, salah seorang alumnus Annajah yang hadir pada kesempatan tersebut, para santri diajak berpartisipasi dalam muktamar NU demi mengingat jasa para kiai pendiri dan pengembang NU, termasuk para pendiri dan pengasuh pesantrennya.
Dipimpin oleh ustadz dan ustadzah, para santri turun dari kelas dengan wajah gembira penuh tawa, berbaris rapi sambil mempersiapkan uang sisa jajan mereka.
Sebelum menyerbu kotak infak, mereka mendengarkan dengan cermat pengarahan pengurus MWC NU Pragaan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Ustadz Zubairi Karim. Kemudian mereka bersama-sama menyanyikan Syubbanul Wathan.
"Lewat Muktamar, warga NU akan memilih pemimpin mereka di tingkat nasional. Para ulama, para kiai se-Nusantara serta cabang istimewa di dunia, akan berkumpul di Lampung Oktober mendatang. Karena itu, maka kita harus dukung pertemuan mereka untuk menghasilkan keputusan penting yang bermanfaat bagi Indonesia dan dunia," jelas Ustadz Zubairi Karim di tengah barisan santri Annajah.
Menurutnya, para masyayikh Annajah adalah keluarga besar yang memiliki perhatian besar pada kegiatan NU. Ada almarhumah Nyai Ummal Khair, Kiai Hafidz Abdullah Sajjad, Kiai Bahar, mereka semua adalah pejuang-pejuang NU masa lalu yang jejaknya masih tetap basah dalam catatan NU.
Di hadapan ratusan santri baik MI, MTs mupun MA, Zubairi katakan bahwa Islam Nusantara yang diusung Muktamar PBNU 2015 lalu bukanlah islam baru, melainkan tipologi warna keislaman bercorak Nusantara yang terus akan membawa rahmah bagi alam semesta.
"Islam Nusantara yang dibawa NU adalah sejatinya Islam, karena melebur dengan budaya, dibawa dengan penuh senyum, hangat dan dapat memesrai siapa saja tanpa sekat sekat suku, agama, ras dan bahasa," ujarnya disambut tepuk tangan barisan pelajar.
Setelah Annajah, Tim Kirab Koin NU Pragaan, dalam kawalan Banser dan CBP IPNU, terus berangkat ke lembaga berikutnya, LPI Nurul Jadid, LPI Nurul Ulum dan Ponpes Al-Hayyan.
Kontributor: Ach. Khalilurrahman
Editor: Abdullah Alawi