Ilustrasi: Mikrofon membuat orang tidak harus berteriak keras agar suaranya bisa didengar oleh banyak orang dan dapat didengar dari kejauhan.
Jakarta, NU Online
Kehadiran teknologi membuat aktivitas ibadah seorang Muslim tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Bahkan, teknologi merupakan sebagai sarana supaya umat Islam tetap tampak anggun meskipun sedang menjalankan ibadah.
"Sebelum ada mikrofon, seseorang jika memanggil harus berteriak-teriak sehingga sebelum ada mikrofon banyak penceramah yang harus berteriak ke sana ke mari. Sikap itu (teriak-teriak) untuk ukuran saat ini bisa disebut mengganggu," jelas Ketua DKM Al-Munawaroh Ciganjur H Syaifullah Amin, dalam Peringatan Nuzulul Qur'an Pesantren Ramadhan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT), pada Kamis (29/4).
Kini, manusia telah menciptakan mikrofon. Alat pengeras suara yang membuat orang tidak harus berteriak keras agar suaranya bisa didengar oleh banyak orang dan dapat didengar dari kejauhan. Seseorang tidak perlu berteriak kencang-kencang ketika ingin menyampaikan pesan-pesan kebaikan karena dibantu mikrofon.
Teknologi lain yang dapat membantu keberlangsungan aktivitas umat Islam adalah internet, terutama dalam era pandemi Covid-19 ini. Sebab, Muslim Indonesia gemar berkumpul untuk melakukan aktivitas yang bernilai ibadah. Namun pandemi tidak membolehkan orang untuk berkumpul.
"Nah, di era pandemi ini, berkerumun tanpa protokol kesehatan adalah tindakan bahaya. Kita memang tidak bisa memastikan apakah nanti pasti celaka menjadi sakit semua atau tidak, tetapi tindakan berkerumun di waktu pandemi adalah tindakan bahaya," tutur Amin.
"Alhamdulillah saat ini manusia sudah mengenal internet seperti kita pada saat ini. Manusia masih bisa saling berkomunikasi meskipun tidak harus berkerumun," imbuh Wakil Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) itu.
Salah satu sarana teknologi internet yang memberikan kemudahan untuk berbagai kebutuhan saat ini dalam berkomunikasi adalah Telkomsel. Menurut Amin, Telkomsel memiliki peran penting untuk menjadikan berbagai aktivitas umat Islam bernilai ibadah meskipun tanpa berkerumun.
"Internet dengan segala perangkatnya, bisa digunakan untuk mencegah kerumunan sembari tetap bisa menyampaikan tujuan-tujuan dari sebuah kerumunan. Dengan internet kita bisa menyampaikan pesan tanpa harus berkerumun," ungkapnya.
Jika sebuah pengajian atau majelis taklim biasanya harus berkumpul demi bisa menerima ilmu, maka dengan internet seseorang bisa mudah mendapatkan ilmu tanpa berkumpul. Inilah salah satu teknologi yang mesti disyukuri.
Namun, tidak semua ibadah yang bisa diterima jika dilakukan secara virtual. Teknologi internet ibarat dua mata pisau. Bisa berlaku menjadi baik tetapi juga bisa bersifat buruk jika disalahgunakan.
"Satu contoh, kegiatan shalat Jumat belum bisa diterima untuk dilakukan secara virtual. Kalau ada yang memaksakan dengan alasan teknologi sehingga shalat Jumat dilaksanakan secara virtual maka sama saja itu menjadi sebuah pisau yang justru digunakan untuk menyakiti orang lain, karena memaksakan kehendak," pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan