Nasional

Teks Lengkap Amanat Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf pada Hari Santri 2025

Selasa, 21 Oktober 2025 | 20:00 WIB

Teks Lengkap Amanat Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf pada Hari Santri 2025

Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf saat menjadi instruktur Apel Hari Santri di Gedung PBNU, pada 22 Oktober 2024. (Foto: dok. LTN PBNU)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerbitkan surat edaran tentang Amanat Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf pada Apel Hari Santri, 22 Oktober 2025.


Surat bernomor 4618/PB.03/Α.Ι.01.08/99/10/2025 itu dikeluarkan di Jakarta pada Selasa (21/10/2025) dan ditandatangani oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Amin Said Husni dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Faisal Saimima.


Surat tersebut ditujukan kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Indonesia, serta Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) sedunia.


Berikut teks lengkap amanat Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf pada Apel Hari Santri, 22 Oktober 2025.


***


Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Para Kiai dan Nyai, para santri di seluruh pelosok tanah air, para pejuang ilmu dan pengawal moral, hadirin yang dimuliakan Allah SWT. 


Hari ini kita berkumpul dalam suasana khidmat memperingati Hari Santri 22 Oktober 2025. Hari di mana bangsa Indonesia mengenang satu babak sejarah agung ketika para ulama dan santri dengan segenap jiwa dan raganya bangkit mempertahankan kemerdekaan melalui Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945.


Resolusi itu bukan sekadar seruan perang, la adalah piagam moral dan spiritual bangsa, yang menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban agama, bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan bahwa kemerdekaan sejati hanya bermakna jika membawa kemuliaan bagi umat manusia. 


Hari Santri tahun ini mengusung tema Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia-Agenda Konsolidasi untuk Persatuan Nasional. Tema ini mengandung dua makna dan pesan penting.


Pertama, mengawal Indonesia merdeka berarti menjaga agar kemerdekaan tidak berhenti sebagai simbol politik, tetapi hidup sebagai kekuatan moral, ekonomi, sosial, dan spiritual bangsa.


Kedua, menuju peradaban mulia berarti membangun Indonesia bukan hanya dengan kemajuan teknologi dan kekuatan ekonomi, tetapi juga dengan akhlak, kejujuran, kasih sayang, dan persaudaraan nasional-nilai-nilai yang menjadi inti ajaran para klai dan santri di seluruh pesantren. 


Resolusi Jinad adalah bukti bahwa kaum santri tidak pernah absen dalam perjalanan bangsa. Santri bukan hanya benteng akidah dan moral, tetapi juga penjaga kedaulatan dan penopang kebangsaan.


Kini, 80 tahun setelah proklamasi, jihad kita bukan lagi mengangkat senjata, melainkan menghadirkan ilmu, etika, dan solidaritas sosial sebagai kekuatan pembangunan nasional.


Santri masa kini harus menjawab tantangan zaman dengan kecerdasan spiritual, kedalaman moral, dan kapasitas profesional Santri harus hadir di semua lini kehidupan: di kampus, di pemerintahan, di dunia usaha, di ruang digital, dan di gelanggang peradaban global-tanpa kehilangan akar tradisi pesantren. 


Kita hidup di masa yang penuh polarisasi dan disrupsi. Karena itu, PBNU mengajak seluruh keluarga besar Nahdlatul Ulama, seluruh pesantren, dan seluruh elemen bangsa untuk melakukan konsolidasi nasional menguatkan kembali persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah), persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), dan tentu persaudaraan keislaman (ukhuwah islamiyah).


Konsolidasi ini bukan semata agenda politik, melainkan gerakan kebangsaan untuk meneguhkan kembali jiwa Indonesia: jiwa yang tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i'tidal (adil). 


Inilah nilai-nilai Islam Nusantara yang telah menjadikan Indonesia berdiri tegak di tengah dunia, sebagai bangsa besar yang berdaulat dan berkepribadian.


Cita-cita kita bukan hanya menjaga Indonesia tetap merdeka, tetapi juga membawanya menuju peradaban yang. mulia peradaban yang menghormati manusia, memuliakan ilmu, dan menghidupkan nilai-nilai rahmah bagi seluruh alam. 


Peradaban mulia hanya akan tumbuh bila bangsa ini bersatu, bila rakyatnya berakhlak, dan bila pemimpinnya berjiwa pengabdian Di sinilah peran santri menjadi pelita dalam gelap, menjadi penuntun bagi bangsa dalam perjalanan menuju kemuliaan. 


Para santri yang saya banggakan,
Kemerdekaan adalah amanah, dan peradaban adalah cita-cita.


Mari kita rawat amanah ini dengan limu dan akhlak, dan kita wujudkan cita-cita ini dengan kerja, doa, dan persaudaraan. 


Dengan semangat Resolusi Jihad, dengan akhlak para kiai, dan dengan cinta tanah air secara tulus, kita lanjutkan jihad kebangsaan menuju Indonesia yang berdaulat, adil, dan berperadaban mulia.


Wallahu al-muwaffliq ila aqwamit-thariq, 
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.