Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU KH Ma'ruf Amin menganggap, lembaga penyiaran sangat penting dan strategis di tengah keberadaan media sosial (medsos) yang sudah menguasai kehidupan sehari-hari masyarakat.
"Sekarang menjadi media strategis menyampaikan pesan dan mengedukasi masyarakat karena bisa mengkomunikasikan berbagai apa yang kita harapkan sampai ke masyarakat. Dan Sekarang ini masyarakat sudah sangat medsos minded," katanya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (2/4).
Namun, menurutnya, pengguna medsos perlu waspada terhadap informasi yang ada di dunia maya, yang mempunyai konten merusak dan meresahkan masyarakat, seperti hoaks dan adu domba.
Menurut kiai kelahiran Tangerang, Banten itu, dalam menyikapi hoaks dan adu domba, pemerintah perlu mengambil langkah seperti melakukan pembatasan, penutupan situs, bahkan menghukum pemilik akun yang menyebarkan informasi fitnah dan berdampak luas bagi masyarakat.
Selama ini, menurutnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa tentang bermuamalah melalui medsos supaya masyarakat tidak mudah percaya terhadap setiap berita yang datang.
Kiai Ma'ruf mengutip sebuah hadits yang menyatakan tentang larangan melakukan fitnah dan adu domba: laa yadkhulul jannata nammamun: tidak masuk surga (bagi orang yang) pengadu domba.
"Bahayanya luar biasa, orang tidak bersalah difitnah, dimaki-maki, kemudian dibuat berita bohong," jelas kiai berumur 75 tahun itu.
Oleh karena itu, di satu sisi, medsos bisa mendatangkan manfaat, tapi di sisi lain mengakibatkan madhorot. Ulama dan pemerintah harus bersama-sama mengawal perilaku pengguna Medsos agar tidak mudah termakan hoaks, adu domba, dan fitnah.
"Kita (ulama) dari sisi pemahamannya, aspek moralitasnya, dan pemerintah menindak. Artinya mengambil hukuman," pungkasnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)