Jakarta, NU Online
Keinginan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk membangun sebuah universitas yang berkelas internasional disambut oleh jajaran pimpinan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) dengan melakukan penandatangannya nota kesepahaman dengan ASEAN Nanyang Foundation dan Guangxi University for Nationalities di kantor PBNU Jum'at, 31 Maret 2017.
Nota kesepahaman tersebut berisakan tentang pertukaran mahasiswa, dosen, dan pemberian beasiswa bagi dosen-dosen Unusia yang akan melanjutkan pendidikan level doktoral.
ASEAN Nanyang Foundation dan Guangxi University mengajukan kerjasama dengan Unusia karena mereka tertarik dengan ajaran-ajaran Islam moderat yang diajarkan di kampus Unusia.
"Kami tertarik dengan ajaran toleransi oleh warga Nahdlatul Ulama (NU) yang kemudian juga diajarkan di kampus Unusia, untuk itu jika pihak Unusia berkenan kami akan adakan kerjasama dalam bidang pendidikan dengan Unusia" ucap Bambang Suryono, perwakilan ASEAN Nanyang Foundation di Indonesia.
Diskusi mengenai Islam moderat yang dilontarkan oleh perwakilan ASEAN Nanyang Foundation tersebut di tanggapi dengan serius oleh Muhammad Afifi, Dekan Fakultas Hukum UNUSIA.
"NU secara umum dan Unusia secara khusus bukanlah organisasi yang eksklusis tetapi inklusif, artinya kita terbuka untuk semua asalkan untuk kedamaian dan tidak melanggar hukum atau konstitusi yang dianut oleh Indonesia, karena NU mempunyai tanggung jawab untuk menjaga Republik Indonesia dari perpecahan, sebab NU adalah salah satu organisasi yang ikut membangun negara Indonesia.”
Guangxi University for Nationalities merupakan universitas di China yang didirikan pada tahun 1952 di Guangxi. Universitas ini memiliki jurusan seni, ekonomi, sampai teknik. Salah satu kelebihannya adalah adanya pusat riset etnis dan bangsa, khususnya bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Red: Mukafi Niam