Jombang, NU Online
Perhelatan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama telah usai. Acara yang berlangsung sejak 1-5 Agustus 2015 yang ditempatkan di beberapa pondok pesantren di Jombang itu menyisakan berbagai kisah, terutama kesan muktamirin yang menginap di pesantren selama berlangsungnya muktamar.<>
Kiai Mu'izzuddin Wakil ketua PCNU Serang mengaku merasa berkesan dan mengingatkan kembali tempo dulu ketika masih di pondok pesantren ia dan teman-temannya tidur di lantai tanpa kasur yang empuk.
"Ada kebersamaan dengan kawan-kawan, makan bareng, mengedepan toleransi, menghargai kepada sesama, terasa nuansa pesantren yang kita alami saat kecil," kesannya kepada NU Online di pesantren Bahrul Ulum Tambakberas beberapa waktu lalu saat muktamar berlangsung.
Kiai yang berusia 46 tahun itu mengaku pelayanan di pesantren cukup baik. "Saya rasa dalam pelayanan di pesantren cukup baik, mulai dari tempat, akomodasi, tidak kalah dengan hotel," ungkap santri jebolan pesantren Suka Hideung, Sukamanah, Tasikmalaya.
"Tempat tidur memang tidak full AC, tapi full AC alami. Itulah khas daripada pesantren. Ini memberikan contoh kehidupan kesederhanaan, karena kesederhanaan akan memunculkan kehidupan yang sehat dan tidak menimbulkan keserakahan. Sehingga bisa menimba pengetahuan dan pengalaman antarsesama muktamirin dalam mengelola dan membina keumatan," sambungnya.
Menurut dia dari segi makanan, yang disediakan pesantren juga tidak kalah dengan hotel. "Bisa makan daging,rawon dan pecel khas Jombang. Ini makanan yang sesaui dengan muktamirin," ujar Kiai Mu'izzudin.
Sementara itu pada prinsipnya ia setuju pada muktamar kemarin para peserta di tempatkan di pesantren. Manfaanya bisa dekat dengan peserta lain. "Bisa ramah tamah sesama muktamarin dari berbagai daerah dan sowan dengan nuansa pondok pesantren yang kita alami. Sampai sekarang masih terasa," tuturnya. (M. Zidni Nafi'/Anam)