Warta

Ada Pembusukan Sejarah Peran NU dalam Kemerdekaan

Ahad, 24 Oktober 2010 | 06:27 WIB

Brebes, NU Online
Kiprah Jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) sejak sebelum hingga pasca kemerdekaan tidak banyak yang tercatat dalam sejarah. Perlakuan para penulis sejarah yang enggan menyebutkan bukti-bukti NU dalam perjuangan membela bangsa akibat tekanan orde baru.

“Ada pembusukan sejarah, sehingga peran NU seakan tidak memiliki andil apapun dalam perjalanan sejarah bangsa,” ungkap Katib Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Aqil Siradj saat menyampaikan tausiyah pada pengajian umum Keluarga Besar Ranting NU dan Pelantikan Badan otonom (Banom) NU di desa Pesantunan Kecamatan Wanasari Brebes Jumat malam (22/10).<>

Menurut Kiai Aqil, Nahdliyin (Warga NU) banyak yang tidak mengerti tentang perjuangan NU pada negara karena memang tidak dicatat oleh para ahli sejarah. Terbukti, pelajaran-pelajaran di SD hingga Perguruan Tinggi tidak secuilpun mengupas sepak terjang NU dalam membela bangsa.

“Sejarah perjuangan Kiai dan Santri dari berbagai pondok pesantren NU tidak tertulis di buku pelajaran formal SD sampai Perguruan Tinggi,” ungkitnya.

Tidak ditulisnya peran ulama, lanjut Kiai, agar generasi muda tidak lagi mengikuti titah ulama. “Supaya tidak mengikuti ulama, maka perjuangan Kiai tidak ditulis,” terangnya.

Seperti resolusi jihad yang dikumandangkan KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah tidak dikupas dalam sejarah nasional Indonesia. Padahal, resolusi jihad telah mampu mempertahankan bumi pertiwi dari rongrongan Inggris dan sekutunya. “Peristiwa ini kita kenal dengan hari Pahlawan 10 November,” tandasnya.

Akibatnya, kata Kiai Aqil, pendidikan keagamaan dinomorduakan. Agama dianggap tidak penting dalam pembangunan bangsa. Kementerian pendidikan hanya berkutat dengan garapan mencerdaskan anak bangsa. Terbukti dengan diberlakukannya Ujian Nasional (UN) yang tidak mengikutkan pelajaran agama.

“Pelajaran agama tidak di-UN-kan, sama halnya agama dianggap tidak penting,” ucap Kiai Aqil dengan lantang.

Dengan tidak menguatkan akhlak sebagai pondasi hidup, kata Kiai, maka negara tidak kokoh. Penggerogotan negara dilakukan oleh para lulusan pendidikan formal dengan menjamurnya tindak korupsi, demo anarkis dan perilaku yang hanya mengandalkan akal tanpa mempertimbangakan kemuliaan akhlak.

Pengasuh pondok pesanteren Kempek Cirebon ini menandaskan, Rasulullah SAW tidak pernah dipuji kepandaiannya, kecerdasannya, keilmuannya meski menguasai semua itu. Nabi Muhammad dipuji karena kemuliaan akhlaknya. Sayangnya, pendidikan akhlak di Indonsia ditinggalkan dan didiskriminasikan oleh pelaku kebijakan. NU diharapkan tetap komitmen menjaga stabilitas akhlak bangsa, sehingga negara tidak hancur sebelum waktunya.

“Menjadi wajib ain bagi Kiai NU untuk menciptakan akhlakul karimah ” tandasnya penuh harap.

Ketua NU Ranting Pesantunan H Masykuri menjelaskan, pengajian ini digelar dalam rangka pelantikan pengurus ranting Muslimat NU, Ansor NU dan Fatayat NU. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua Pengurus Cabang NU Kab. Brebes KH Sodikin Rakhmat, Sekretaris dan Wakil Sekretaris PC NU Ali Nurdin SPd dan Lakmudin SAg, Sekretaris PC LP Maarif NU Drs Sufawijaya serta ribuan pengunjung. (was)


Terkait