Warta

Bisakah NU Hilang?

Selasa, 12 Juni 2007 | 13:15 WIB

Jakarta, NU Online
Bisakah NU hilang? Pertanyaan menggelitik ini diungkapkan oleh Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dalam acara halaqah syuriyah PBNU dalam Program Peningkatan Peran Syuriyah Nahdlatul Ulama (P2SNU) di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, NU memiliki kekuatan kultural yang awet dan tak mudah ditelan oleh zaman, namun perubahan bisa saja terjadi jika tidak terjadi regenerasi nilai-nilai akidah, syariah dan manhaj yang nyambung antara generasi tua dan generasi muda.

<>

“Generasinya Kiai Tolchah Hasan ketemunya para kiai, saya ketemunya para ulama dan anak-anak muda ketemunya kita-kita ini. Lha kalau tidak nyambung, mereka tidak tahu apa itu NU,” tuturnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Dijelaskannya semenjak terjadinya reformasi, terjadi keterbukaan yang luas sehingga memudahkan aliaran dan ideologi baru yang lebih dikenal dengan ideologi Islam transnasional. Mereka secara aktif berusaha menarik para anak muda NU menjadi anggotanya.

“Ajaran yang masuk pertama kali diterima, itu yang akan diambil oleh anak-anak muda,” tuturnya menyampaikan kekhawatiran tentang maraknya gerakan-gerakan baru tersebut.

Karena itulah, Pengasuh Ponpes Al Hikam Malang ini berharap agar dilakukan peningkatan kemampuan kepemimpinan di lingkungan NU, baik dalam jajaran syuriyah maupun tanfidziyah untuk menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berat tersebut. “Seorang syuriyah tak cukup orang yang alim, tetapi juga harus hakim (bijak),”paparnya.

Peningkatan kemampuan ini dianggap sangat penting karena jika tidak memiliki kemampuan, maka NU tidak akan mampu menjadi subyek, tetapi menjadi obyek yang hanya menuruti keinginan dan kemauan fihak lainnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Diungkapkannya banyak kiai dan wakil syuriyah di daerah yang ditarik dalam jaringan Islam transnasional karena ketidaktahuan mereka terhadap gerakan yang sebenarnya. “Para kiai itu orang yang khusnudhon, jadi siapa saja yang datang diterima dengan baik, padahal ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin diraihnya,” imbuhnya.

Selanjutnya Sekjen International Conference of Islamic Scholars ini menjelaskan bahwa NU mengembangkan jaringannya ke dunia internasional didasari oleh spirit komite hijaz. “NU tidak mengageni ideologi transnasional, tapi NU mengembangkan semangat komite hijaz,” paparnya. (mkf)

 


Terkait