Delegasi Sudan Minta Dukungan atas Penyelesaian Konflik di Darfur
Jumat, 1 Agustus 2008 | 03:08 WIB
Ketua Dewan Tertinggi Dakwah Islam Sudan, Sheikh Umar Idris Hadrah meminta dukungan dari peserta ICIS bagi penyelesaian konflik di Darfur, Sudan. Dikatakannya, pembantaian massal yang terjadi di Darfur Sudan hanyalah rekayasa pers Barat untuk menjatuhkan kepemimpinan Presiden Umar Hasan Ahmad al-Bashir.
Tuduhan Mahkamah Internasional bahwa Presiden Bashir merupakan dalang genosida di Darfur adalah rekayasa dan tidak terbukti sama sekali. Hal ini dikemukakannya dalam presentasinya bertajuk The Problem of Peace: The Rice of Conflict in Darfur (Sudan) pada forum The Third International Conference of Islamic Scholars (ICIS III) di Jakarta, Rabu (30/7), seperti dilaporkan kontributor NU Online yang juga delegasi PCINU Malaysia, Hilmy Muhammad.<>
Sheikh Umar menyatakan, pihaknya memiliki bukti kuat atas dukungan masyarakat Darfur yang masih mendukung kuat kepemimpinan Presiden al-Bashir.
“Kami memiliki bukti rekaman sambutan hangat masyarakat Darfur terhadap Presiden Bashir. Tuduhan genosida dengan demikian adalah propaganda pihak Barat, sekaligus intervensi mereka terhadap kedaulatan negara kami,” katanya sambil menunjukkan CD yang dimaksud.
Ditambahkannya Barat tidak senang dengan kedamaian Sudan karena mereka memiliki agenda dan kepentingan-kepentingan politis dan ekonomis.
Dalam konferensi itu dirinya meminta dukungan seluruh peserta ICIS agar dapat memberikan pemahaman yang benar terhadap apa yang sebenarnya terjadi di Sudan.
Syeikh Umar Idris juga berharap agar ICIS secara tegas dapat memberikan salah satu rekomendasinya bagi upaya damai dan penyelesaian konflik di Darfur dilakukan oleh pemerintah Sudan sendiri, sebagaimana juga sikap Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Sementara itu dalam kesempatan konferensi pers, salah seorang delegasi Sudan, Dr. Al-Fatih Mukhtar Muhammad menyatakan bahwa tujuan Sudan mengikuti konferensi adalah untuk berbagi pengalaman dalam mengatasi konflik-konflik internal yang diakibatkan oleh propaganda pihak Barat.
Fatih Mukhtar yang merupakan pejabat hubungan luar negeri Kementrian Dakwah dan Wakaf Sudan menegaskan bahwa kemajuan ekonomi Sudan sekarang ini benar-benar tidak dapat dipungkiri. Pada tahun 1989, misalkan, di Sudan hanya ada 3 universitas. Dan sekarang tercacat sudah ada 26 universitas.
Mengenai konflik di Darfur, Fatih Mukhtar menegaskan bahwa berita-berita seperti itu hanyalah rekayasa. Yang sebenarnya terjadi, seluruh rakyat Sudan masih menginginkan kepemimpinan Presiden al-Bashir.
“Kalaupun terjadi konflik, itu hanya ada di Darfur. Dan di Darfur sendiri, dari 14 kabupaten yang ada, hanya 2 kabupaten yang masih terjadi konflik yang itu juga hanya dilakukan oleh kalangan separatis kecil-kecilan yang disponsori oleh pihak-pihak Barat,” katanya. (nam)