Warta

Halal bi Halal PCI NU Syiria Dihadiri Dua Dubes RI di Timteng

Selasa, 15 November 2005 | 13:37 WIB

Damaskus, NU Online
Atas prakarsa  KBRI di Damaskus Syria, Lakspesdam PCI NU Syria pada hari Sabtu, 12 November 2005 menyelenggarakan acara "Halal Bi Halal dan Sarasehan Sehari" bertemakan  "Membangun Masyarakat Religius dalam Bingkai Pluralitas".

Acara ilmiah selama hari penuh tersebut berlangsung dalam nuansa rekonsiliatif, konstruktif dan berbobot ilmiah karena diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat berpendidikan dengan latar belakang aliran agama, afiliasi politik, maupun profesi yang berbeda-beda. Bahkan Dubes RI untuk Syiria DR. Sukarni Sikar dan Dubes RI untuk Lebanon Abdulloh Syarwani SH turut hadir.

<>

Sukarni dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting, terutama bagi mahasiswa untuk membantu mencarikan titik temu dan solusi bersama berkaitan dengan pluralitas bangsa. Sementara itu Syarwani, yang merupakan salah satu pendiri Lakpesdam NU ketika menyampaikan fikirannya sebagai keynote speaker menguraikan secara panjang lebar tantangan dan peluang bangsa Indonesia yang majemuk terhadap dinamika dunia international.

Setelah istirahat sholat dzuhur dan makan siang dibahas tema "Polemik Pasca Fatwa MUI Juni 2005". Tampil membawakan makalah A. Slamet Ibnu Syam, anggota Lakpesdam, dengan judul  "Diskursus Pluralisme, Liberalisme & Sekularisme Agama: Studi Kritis atas Kontroversi Fatwa MUI" dan Mohammad Zainul Haq dari Lajnah Bahtsul Masa'il, dengan judul "Pluralisme No, Pluralitas Yes!".

Pada panel II sehabis istirahat sholat Ashar dibahas "Ahmadiyah dalam Perspektif Islam dan Negara". Panel ini sekaligus melanjutkan beberapa pokok bahasan yang belum tuntas Dua panelis tampil membawakan makalahnya Adi Suhara Abu Syu'bah dengan judul "Ahmadiyah dalam Perspektif Islam"  disambung oleh  Moh. Zubair Mochdlir Lc.  Dengan makalah berjudul "Ahmadiyah; antara Wacana, Realita dan Polemik".

Dua orang Dubes beserta rombongannya tak sekedar sebagai tamu. Mereka juga aktif dalam diskusi dengan memberikan tanggapan sebagaimana para mahasiswa dari awal sampai akhir acara.

Fatwa MUI memang telah menimbulkan kontraversi dan reaksi yang cukup sengit dalam masyarakat baik yang pro maupun yang kontra sehingga malah tidak produktif. "Kita tidak perlu bersikap reaktif terhadap fatwa-fatwa itu, kita sebagai umat beragama dan berbangsa hanya perlu bersikap responsif", usul Abdulah Syarwani yang diamini oleh Sukarni Sikar yang duduk disampingnya.

Dalam kesempatan penutupan acara duta besar RI untuk Suriah sekaligus berkenan melaunching majalah semi jurnal min-SYAM edisi ke lima terbitan Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN) PCI NU Syria yang secara kebetulan bertajuk  "Agama vis a vis Negara; Relasi Simbiotik". Selanjutnya doa penutup oleh Muhammad Anshori Lc.

Ketua Panitia Sarasehan Abdurrahman Tuanaya usai penutupan mengatakan, "Rekomendasi akan kami kirimkan ke pihak-pihak terkait seperti Departemen Agama dan Kejaksaan Agung, MUI, Jemaah Ahmadiyah, Ormas dan LSM Keagamaan, dan terutama PBNU sebagai laporan,” tandasnya.

Laporan : Taj Yasin Maemon Zubeir dan Ahmad Syihab.


Terkait